Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Kecelakaan Pesawat Paling Mematikan Sepanjang Sejarah...

Kompas.com - 28/03/2019, 17:46 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "Apa yang dia lakukan? Dia akan membunuh kita semua!"

Dua kalimat itu merupakan kata terakhir yang diucapkan pilot Pan America, Victor Grubbs, sebelum terjadi tabrakan hebat di bandara. Peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi Bandara Tenerife yang terjadi 42 tahun lalu, 27 Maret 1977.

Dua jet Boeing 747, milik maskapai KLM dan Pan Am bertabrakan di landasan pacu Bandara Los Rodeos (sekarang Bandara Tenerife) di Pulau Canary, Spanyol.

Dilansir dari History.com, Bandara Los Rodeos memang dikenal memiliki masalah kabut yang sering muncul secara dadakan. Bandara ini juga dianggap sebagai bandara yang tak disukai banyak pilot.

Jet Boeing 747 milik KLM bersiap lepas landas, disusul Boeing 747 milik Pan Am yang mengikutinya dari belakang untuk lepas landas.

Namun, kabut lebih cepat datang. Pilot Pan Am tidak dapat melihat dengan jelas sehingga pesawatnya tak bisa ditempatkan pada jalur yang tepat dan aman.

Sementara itu, pilot KLM yang asal Belanda tak memahami dengan baik kode yang dikeluarkan oleh pengendali penerbangan. Dia mulai lepas landas sebelum Pan Am bergerak ke posisi aman. Ini menyebabkan pesawat KLM menghantam sisi Pan Am dan kedua pesawat meledak menjadi bola api besar.

Peristiwa itu menewaskan sekitar 583 orang. Jumlah korban itu menjadikan Tragedi Bandara Tenerife sebagai kecelakaan pesawat paling mematikan dalam sejarah penerbangan.

Baca juga: 13 Tragedi Kecelakaan Pesawat yang Disengaja

Tak semestinya di Tenerife

Pada 1977, dalam delapan tahun pelayanannya, Boeing 747 sudah menjadi armada terbesar, paling berpengaruh, dan mungkin merupakan pesawat jet komersial paling glamor yang pernah dibangun.

Beberapa maskapai menggunakan pesawat jenis ini karena fasilitasnya yang dikenal paling mewah pada masa itu, termasuk KLM dan Pan Am.

Pan AM 747airandspace Pan AM 747
Pesawat Pan Am dengan nomor registrasi N736PA terbilang populer saat itu. Pada Januari 1970, pesawat yang sama ini menyelesaikan penerbangan komersial perdana dari Bandara John F Kennedy di New York ke Bandara Heathrow di London.

KLM tercatat sebagai maskapai penerbangan tertua yang terus beroperasi di dunia. Maskapai didirikan pada 1919 dan sangat dikenal reputasinya karena keselamatan dan ketepatan waktunya.

Dilansir dari The Telegraph, kedua jet boeing 747 di Tenerife itu merupakan pesawat sewaan. Pesawat Pan Am datang dari Los Angeles, setelah singgah di New York sedangkan KLM dari pangkalannya di Amsterdam.

Dua pesawat itu tak seharusnya berada di Tenerife. Para penumpang sebelumnya dijadwalkan turun di Las Palmas, yang terdekat dari Gran Canaria. Ini merupakan tujuan bagi penumpang wisata kapal pesiar.

Namun, karena ada gerakan separatis yang menanam bom dan meledak di bandara Las Palmas, penerbangan dialihkan ke Los Rodeos di Tenerife.

Baca juga: Tahun 2018, Jumlah Korban Kecelakaan Pesawat Global Naik Tajam

Berbagai kendala

Pesawat KLM dan Pan Am yang terbakarThe Sun Pesawat KLM dan Pan Am yang terbakar

Los Rodeos merupakan bandara yang sering mendapatkan peralihan penerbangan. Saat dua pesawat itu dialihkan ke bandara itu, keduanya ditempatkan di sebelah tenggara apron.

Beberapa jam kemudian, Las Palmas mulai menerima pesawat untuk mendarat sekitar pukul 16.00. Pan Am dengan cepat mempersiapkan diri untuk lepas landas. Namun, kondisi tertentu menyebabkan pesawat KLM bersiap terlebih dulu.

Cuaca saat itu sebenarnya cerah, namun pesawat KLM sempat meminta bahan bakar tambahan pada menit terakhir. Saat penambahan bahan bakar dilakukan, kabut datang dengan cepat menyelimuti bandara.

Berdasarkan pantauan dari menara kontrol atau ATC, kedua pesawat ini berada pada titik berangkat yang berdekatan.

Kapten Van Zanten membawa pesawat KLM dan mengarahkannya pada titik akhir, dia bertahan pada lokasi yang diizinkan lepas landas. Sementara itu, Pan Am sempat berbelok dan salah jalur. Semestinya, pesawat Pan Am berada di belakang KLM.

Kabut menganggu pandangan mereka. Komunikasi kepada menara ATC terus dilakukan. Kondisi ini membuat Van Zanten marah dan kesal, ia ingin segera pergi dari tempat tersebut.

"Ayo pergi," kata Van Zanten kepada teman pilotnya. Mereka mulai menarik gas pada pesawat KLM untuk memulai pemberangkatan.

Pada saat yang sama, menara mengirimkan pesan ke KLM. "Oke," kata controller. "Bersiap untuk lepas landas. Aku akan menghubungimu."

Tak ada jawaban dan Van Zanten dan semua ini dianggap sebagai kesalahan karena tak menjawab aba-aba menara kontrol.

Pan Aam yang mencoba berbelok ke kiri tak kesampaian. Akibatnya, dengan cepat pesawat KLM menaraknya. Mereka yang selamat dalam kecelakaan ini dalah mereka yang ada di bagian depan atau hidung Pan Am 747, jumlahnya 61 orang.

Penyelidikan

Setelah tabrakan KLM dengan Pan AmThe Sun Setelah tabrakan KLM dengan Pan Am

Penyelidikan oleh pihak berwenang Spanyol menyimpulkan bahwa penyebab utama kecelakaan itu adalah keputusan kapten KLM yang keliru dalam menafsirkan izin lepas landas dari menara kontrol lalu lintas udara (ATC).

Akhirnya, KLM mengakui bahwa kru mereka bertanggung jawab atas kecelakaan itu. KLM setuju untuk memberikan kompensasi finansial kepada kerabat semua korban.

Bencana ini memiliki pengaruh yang besar terhadap industri penerbangan, terutama menyoroti pentingnya menggunakan standardisasi dalam komunikasi radio.

Prosedural kokpit juga menjadi perhatian, karena sebagai pelatihan dasar pilot maskapai penerbangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com