Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monster Plastik, Bentuk Protes Greenpeace kepada Unilever dan Nestlé

Kompas.com - 27/03/2019, 14:17 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Organisasi pemerhati kelestarian lingkungan Greenpeace baru-baru ini melakukan kampanye memerangi penggunaan plastik sekali pakai dengan cara unik. Meski unik, Greepeace tetap fokus pada pesan yang ingin disampaikan.

Mereka membuat instalasi monster berukuran besar yang terbuat dari sampah-sampah plastik yang ditemukan bertebaran mengotori lingkungan.

Pertengahan bulan lalu, para aktivis dan relawan mendatangi kantor pusat Unilever di Rotterdam, Belanda. Kegiatan ini memiliki maksud mengembalikan sampah-sampah plastik kepada pembuatnya.

Mereka menari dengan diiringi derap musik yang dimainkan oleh seorang disk jockey (DJ), di sepanjang jalan sekitar gedung.

Dentuman nada terdengar dengan keras, meramaikan malam hari di sekitar kantor pusat raksasa dunia produsen bahan kebutuhan sehari-hari itu.  

Baca juga: Leonardo DiCaprio Soroti Kondisi Sampah di Bantar Gebang

Tarian ini tidak dilakukan tidak hanya oleh para aktivis dan relawan yang tergabung, melainkan juga oleh instalasi-instalasi berbentuk monster berukuran besar yang dibuat dengan limbah plastik.

Instalasi ini disusun sedemikian rupa sebagai bentuk protes keras dan kecaman dari para aktivis kepada para produsen penghasil sampah plastik dunia, untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Protes ini dilakukan setelah para aktivis, The Rainbow Warrior, menemukan adanya sampah plastik di perairan Kepulauan Verde, Filipina. Perairan itu terkenal sebagai salah satu perairan laut dengan lingkungan termurni yang ada di dunia.

Disadari atau tidak, plastik-plastik kemasan itu tidak diolah dengan maksimal sehingga mengotori lingkungan dan banyak berujung di lautan.

Berdasarkan Global Alliance for Incinerator Alternatives, Unilever menjadi salah satu pembuat polusi plastik tertinggi di Filipina.

Selain itu, Nestlé juga ikut disebut sebagai salah satu produsen sampah bersanding dengan dengan Unilever.

Jadi selain melakukan aksi di kantor Unilever, Greenpeace juga mendesak Nestlé untuk juga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang sangat mencemari lingkungan.

Keduanya diminta untuk ikut andil dan bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan sampah plastik ini.

Baca juga: Kurangi Plastik, Swalayan di Thailand Kemas Sayuran Pakai Daun Pisang

Setiap tahun, Nestlé memproduksi 1,7 ton plastik sebagai kemasan produk. Dari jumlah itu, 98 persen di antaranya merupakan plastik  kemasan yang bersifat sekali pakai.

Menurut Greenpeace, Nestlé telah mengakui daur ulang tidak akan menyelesaikan permasalahan plastik. Akan tetapi, mereka tidak mengurangi jumlah plastik yang mereka produksi. Polusi plastik dari kemasan produk yang dibuang, terus menjadi masalah hingga sekarang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com