Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China: Venezuela Bukanlah Halaman Belakang Negara Lain

Kompas.com - 27/03/2019, 12:28 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

BEIJING, KOMPAS.com - China membela Rusia yang menempatkan pasukan di Venezuela sehingga memicu sorotan sejumlah negara, terutama Amerika Serikat (AS).

AS berupaya menggulingkan Presiden Nicolas Maduro dengan menyatakan dukungan terhadap pemimpin oposisi Juan Guaido yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Januari lalu.

Baca juga: Rusia: Pengiriman Pasukan ke Venezuela Kesepakatan sejak 2001

Di tengah banyak dukungan yang diterima Guaido, Rusia dan China merupakan negara yang masih menaruh kepercayaan terhadap Maduro.

Pesawat Antonov-124 dan pesawat Ilyushin Il-62 mendarat di Bandara Simon Bolivar pada Sabtu (25/3/2019), dan menurunkan 35 ton peralatan militer.

Kedua pesawat itu menurunkan sekitar 100 pasukan di bawah pimpinan Jenderal Vasily Tonkoshkurov, Kepala Direktorat Mobilisasi Pasukan Rusia.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton menegaskan AS tidak akan menoleransi campur tangan militer asing yang bersifat mengancam di Belahan Barat.

Lavrov menuduh AS berupaya merencanakan kudeta. Sementara Pompeo membalas dengan peringatan Washington tak akan "berpangku tangan" dan membiarkan Rusia seenaknya.

Juru bicara Kemenlu China Geng Shuang dikutip Newsweek Selasa (26/3/2019) berujar, negara Belahan Barat, termasuk Amerika Lain, adalah negara berdaulat.

"Mereka berhak menentukan kebijakan luar negeri mereka sendiri, dan berhak untuk bekerja sama dengan negara lain yang ditunjuk," tegas Geng.

Dia menjelaskan isu Venezuela hanya bisa diselesaikan oleh rakyat mereka sendiri, dengan stabilitas kawasan menjadi tanggung jawab mereka.

"Urusan negara Amerika Lain bukanlah urusan negara lain. Bahkan negara Amerika Latin juga bukan halaman belakang negara tersebut," ucap Geng.

AS mempunyai sejarah panjang intervensi melawan sayap kiri di seantero Amerika Latin. Antara lain Utusan AS untuk Venezuela Alliot Abrams.

Dia diyakini sebagai sosok yang berhubungan dengan upaya kudeta melengserkan mendiang Presiden Hugo Chavez yang notabene pendahulu Maduro.

Krisis politik di negara kaya minyak itu terjadi di tengah krisis ekonomi akibat hiperfinlasi dan kelangkaan kebutuhan pokok harian.

Baca juga: Ada Kabar Tentara Rusia Masuk Venezuela, Ini Peringatan AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com