Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Dinyatakan Kalah, ke Mana Perginya Pemimpin Mereka?

Kompas.com - 24/03/2019, 05:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

Lahir dengan nama Ibrahim Awal al-Badri pada 1971, Baghdadi tumbuh di keluarga sederhana di Samarra, utara Baghdad, dan merupakan penggemar sepak bola.

Hasil ujian sekolahnya ternyata tidak cukup membimbingnya ke fakultas hukum, dan penglihatannya dinilai buruk untuk bergabung dengan kemiliteran.

Maka, Baghdadi pindah ke Distrik Tobchi yang berlokasi di Baghdad untuk mempelajari Islam. Penulis Sofia Amara berkata, Baghdadi adalah sosok visioner.

"Dia sudah mempunyai pandangan ke mana bakal melangkah, atau organisasi seperti apa yang hendak dia ciptakan," tutur Amara.

Baca juga: Baghouz, Desa di Mana Bendera Terakhir ISIS Diturunkan

Ketika Amerika Serikat (AS) melakukan invasi ke Irak pada 2003, dia membentuk kelompok pemberontak. Namun tak pernah melakukan serangan inti.

Tatkala Baghdadi akhirnya tertangkap dan ditahan di fasilitas rahasia AS di selatan Irak pada Februari 2004, dia masih dianggap jihadis level kedua.

Namun di Camp Bucca, kemudian dikenal sebagai "Universitas Jihad", telah menempa Baghdadi sebagai pria yang kelak akan ditakuti dunia.

"Orang mulai menyadari bahwa sosok bukan siapa-siapa ini, sejatinya adalah ahli strategi yang cerdik," ujar Amara yang pernah membuat dokumenter pada 2017 berisi dokumen eksklusif tentang Baghdadi.

Pada akhirnya, dia dilepaskan di akhir 2004 karena kurangnya bukti. Irak juga pernah dua kali menangkapnya pada 2007 dan 2012 karena tak tahu siapa dia.

Baca juga: Putra Bungsu Pemimpin ISIS Dikabarkan Tewas di Suriah

Ahli Strategi Brutal

Pada 2005, ayah lima anak suami dari dua istri itu menyatakan kesetiaan kepada Abu Musab al-Zarqawi, pemimpin brutal sayap Al Qaeda di Irak.

Zarqawi terbunuh dalam serangan drone AS pada 2006. Setelah penerusnya juga terbunuh, Baghdadi mengambil alih kepemimpinan pada 2010.

Dia mendirikan Negara Islam Irak (ISI), mengembangkannya hingga ke Suriah, dan memutuskan sebagai organisasi mandiri di luar Al Qaeda.

Dalam tahun-tahun sesudahnya, kelompok Baghdadi mencaplok wilayah Irak dan Suriah, menerapkan sistem pemerintahan brutal, dan mengajak anggota asing untuk bergabung.

Baghdadi dibesarkan di keluarga yang terbagi antara klan religius dengan kesetiaan terhadap partai mendiang Saddam Hussein, Baath.

Beberapa tahun setelah invasi, Baghdadi berhasil mendapat simpati sejumlah perwira Baath yang kecewa karena AS membubarkan militer Irak di 2003.

Simpati itu memberikannya legitimasi sekaligus tulang punggung ISIS yang sekarang. Menggabungkan propaganda ekstrem dengan serangan gerilya.

Baca juga: Begini Cara Intelijen Irak Tangkap 5 Orang Dekat Abu Bakr al-Baghdadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com