WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kelompok ekstremis yang meresahkan dunia selama lima tahun terakhir, telah kalah.
Itu jika mengacu kepada laporan dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), aliansi milisi Arab dan Kurdi yang ditopang bantuan udara koalisi Amerika Serikat (AS).
SDF mendasarkan pengumuman kemenangannya dari gempuran di Baghouz, desa berlokasi di timur Suriah yang mnejadi benteng terakhir ISIS.
Baca juga: Presiden Macron: ISIS Kalah, Ancaman untuk Perancis Hilang
Namun, benarkah ISIS sudah kalah? Kepala Komando Operasi Khusus AS Jenderal Raymond Thomas mengatakan, dia berusaha memaknai "kemenangan" itu.
Kepada para wakil rakyat AS baru-baru ini, Thomas berkata mereka masih harus mempertahankan tekanan agar mencegah ancaman serupa datang di masa depan.
Begitu juga dengan Jenderal Joseph Votel, salah satu komandan di Timur Tengah yang menegaskan perang melawan ISIS masih jauh dari kata usai.
"ISIS masih punya pemimpin, punya tentara, punya fasilitator, punya sumber daya, jadi militer harus terus menekan jaringannya," ujar Votel dikutip CNN Sabtu (23/3/2019).
Apalagi pada pertengahan Februari, laporan dari Pentagon menyatakan bahkan kemenangan melawan ISIS masih belum terlihat "di cakrawala".
Laporan itu mengungkapkan ISIS melakukan regenerasi kemampuan dan komando kunci mereka lebih cepat di Irak daripada di Suriah tanpa mendapar pengawasan yang cukup.
"Bisa jadi mereka (ISIS) kembali melakukan perlawanan setidaknya dalam enam bulan atau satu tahun dari sekarang, dan merebut kembali wilayah mereka di Suriah," jelas laporan Pentagon.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.