Berdasarkan grafik dari Conflict Monitor IHS Markis, ISIS menguasai wilayah seluas sekitar 90.800 kilometer persegi, atau kira-kira seluas Portugal.
Kebanyakan dari orang itu membayar pajak, biaya hidup, maupun denda yang membuat kantong pemasukan kelompok ekstremis itu menggelembung.
Pusat Studi Internasional Radikalisasi dan Kekerasan Politik (ICSR) King's College London menyatakan, pada 2014 pemasukan ISIS sebesar 1,9 miliar dollar AS, atau Rp 26,8 triliun.
Selain itu berdsarkan data ICSR, terdapat 41.490 warga asing yang datang dan bergabung dengan ISIS. Koalisi mengestimasi 50 anggota asing datang setiap bulannya.
Baca juga: Deklarasi Kemenangan atas ISIS Mungkin Terjadi Akhir Maret
Washington ketika Presiden Barack Obama menjabat langsung memulai operasi untuk menumpas ISIS yang semakin kuat baik di Irak maupun Suriah.
Dalam upaya untuk mengalahkan ISIS itulah, AS kemudian membentuk koalisi yang beranggotakan 70 negara, dan memulai penyerangan pada akhir 2014.
Selama sekitar 4,5 tahun operasi, koalisi internasional itu seperti diwartakan AFP telah melancarkan setidaknya 34.000 serangan udara di Irak dan Suriah.
Alih-alih menambah jumlah pasukannya yang bertugas, koalisi AS itu kemudian memulai kampanye dengan melatih dan mengorganisasi kekuatan lokal.
Keputusan yang dibuat Washington nampaknya berkaca dari kampanye militer mereka di Irak, di mana dilaporkan 4.400 prajurit terbunuh.
Baca juga: Saat Kami Selesai, Kami Akan Umumkan Pembebasan Baghouz dari ISIS
Selain itu, kekhawatiran publik AS akan adanya kabar pengerahan tambahan personel membuat Obama mengurungkan niat itu, dan memilih melatih pasukan lokal.
Strategi itu berbuah manis terutama di Irak ketika pasukan setempat yang kewalahan mulai memperoleh kemenangan kota demi kota.
Puncaknya adalah ketika mereka merebut Mosul pada 2017. Pengganti Obama, Donald Trump meneruskan kebijakan untuk mengenyahkan ISIS.
"Secara keseluruhan, strategi AS terbukti efektif dalam menumpas ISIS," kata Daniel Byman, peneliti Kebijakan Politik Timur Tengah di Brookings Institution.
Sepanjang 2018 dan awal 2019, ISIS terus menerus menuai kekalahan. Wilayah mereka yang awalnya seluas Portugal kemudian menyempit menjadi 50 km persegi.
Kemudian pendapatan mereka juga menurun dratis hingga sekitar 870 juta dollar AS, atau sekitar Rp 12,2 triliun, pada 2016.
Pada awal 2018, mereka hanya menguasai Baghouz, sebuah desa yang berlokasi di tepi Sungai Eufrat, di mana SDF saat itu menyatakan anggota ISIS hanya tersisa ratusan.
Mobilisasi pasukan darat yang ditunjang dengan serangan udara hingga akhirnya pada Sabtu ini, Bali mengumumkan kemenangan tersebut.
Baca juga: SDF Tegaskan Pertempuran Terakhir Lawan ISIS Belum Selesai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.