Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembelot Korut: Kim Jong Un Lebih Kejam Dibanding Ayah dan Kakeknya

Kompas.com - 22/03/2019, 16:16 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber UPI

SEOUL, KOMPAS.com - Persepsi orang-orang tentang Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat ini mungkin telah banyak berubah setelah melihat hubungan negara tertutup itu dengan Korea Selatan atau AS.

Barang kini lebih banyak yang beranggapan Korea Utara telah menjadi lebih terbuka dalam hubungannya dengan dunia luar. Bahkan banyak yang percaya akan tercapainya perdamaian dengan Korea Selatan.

Namun bagi para pembelot yang telah melarikan diri dari Korea Utara, pandangan tentang pemimpin ketiga negara itu mungkin jauh berbeda.

Seorang pembelot Korea Utara bahkan menyebut Kim Jong Un sebagai pemimpin yang lebih kejam dibandingkan dua pendahulunya.

Ahn Myeong Chul, mantan penjaga kamp penjara Korea Utara yang kini menjabat direktur eksekutif kelompok advokasi NK Watch, mengatakan, warga Korea Utara tidak lagi mendapat kesempatan kedua dalam rezim pemimpin ini.

Baca juga: Murid Vietnam: Kim Jong Un Orangnya Ramah dan Menarik

"Kakeknya, Kim Il Sung, dan ayahnya Kim Jong Il dapat memaafkan para pelanggar, terlepas dari apa kejahatannya," kata Ahn, dalam sebuah forum yang diselenggarakan Pusat Data Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKDB), Kamis (21/3/2019).

"Pelanggar akan menjalani hukuman penjara, tetapi selanjutnya akan dibebaskan. Di bawah pemerintahan Kim Jong Un yang kejam, tidak ada kesempatan kedua," tambahnya.

Transformasi Kim Jong Un dari sosok diktator nuklir menjadi diplomat berbakat pada 2018 mungkin telah meredakan ketegangan di semenanjung Korea.

"Perubahan itu juga mengubah persepsi publik Korea Selatan tentang situasi pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara," kata Yeo Sang Yoon, direktur utama NKDB.

Yoon mengatakan, muncul persepsi keseluruhan di Korea Selatan bahwa hak asasi manusia Korea Utara telah semakin baik karena diplomasi. Namun keduanya sebenarnya tidak saling berhubungan.

Dalam jajak pendapat tahunan yang melibatkan 1.000 warga Korea Selatan, pada 2018 menunjukkan penurunan 10 persen dari jumlah responden yang menilai situasi hak asasi manusia di Korea Utara adalah hal serius dan mengerikan.

Warga Korea Selatan lebih optimistis tentang perbaikan dalam hak asasi manusia Korea Utara, setelah setahun keterlibatan diplomatik. Lebih dari 65 persen responden pada 2018 mengatakan kondisi Korea Utara akan membaik.

Baca juga: Puji Sang Penguasa, Anak-anak Korut Sebut Kim Jong Un sebagai Ayah

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengunjungi seorang korban kecelakaan bus di sebuah rumah sakit, Senin (23/4/2018). (KCNA via KNS/AFP) Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengunjungi seorang korban kecelakaan bus di sebuah rumah sakit, Senin (23/4/2018). (KCNA via KNS/AFP)
Sorotan terhadap Kim Jong Un dan kemampuannya mendefinisikan ulang dirinya telah mengaburkan pemahaman warga Korea Selatan tentang kemampuan pemimpin itu dalam menganiaya, memenjarakan, dan menyiksa orang-orang yang melanggar peraturannya.

Oh Kyung-sup, seorang peneliti di Institut Unifikasi Nasional Korea, mengatakan, kondisi hak asasi manusi di Korea Utara belum mengalami peningkatan yang signifikan.

Dia juga mengatakan, peralihan kekuasaan dari Kim Jong Il kepada Kim Jong Un tidak lantas membuat hidup warga Korea Utara menjadi lebih mudah.

Peningkatan yang terjadi di bawah pemimpin saat ini di Korea Utara adalah dalam hal akses warga untuk mendapat makanan. Hal itu sebagai hasil perubahan pandangan pemimpin tentang pasar.

Menurut Ahn, yang beralih dari penjaga penjara menjadi yang dipenjara, Kim Jong Un telah mengizinkan pasar untuk berkembang.

Baca juga: Pembelot Korut: 80 Persen Generasi Saya Tak Setia pada Kim Jong Un

"Orang-orang yang membeli dan menjual makanan harus terus bergerak demi menghindari pihak berwenang, di bawah pemimpin sebelumnya," kata Ahn.

Ahn melihat, warga Korea Selatan telah terbius oleh sikap diplomatik Kim Jong Un.

"Sementara beberapa kamp penjara telah ditutup, yang lainnya justru semakin berkembang di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, dan itu demi alasan yang baik."

"Korea Utara tidak dapat bertahan tanpa kamp-kamp penjara politik. Jika hak asasi manusia berkembang di negara itu, Korea Utara bisa runtuh," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber UPI
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com