Down mencoba menggunakannya untuk mengklasifikasikan pasien Earlswood. Dia mengambil satu per satu foto mereka, meminta mereka untuk berpose dalam gaun atau setelan terbaik mereka.
Lebih dari 200 foto yang masih tersisa ketika fotografi masih dalam masa pengembangan. Foto-foto itu juga menjadi koleksi terbesar fotografi klinis dari era Victoria.
Ketika semua telah difoto, diukur, dan dibagi menjadi kelompok etnis, Down menerbitkan artikel "Ethnic Classifications of idiots".
Dalam artikel "Mental affections of childhood and youth" yang dipublikasikan kemudian, Down memberikan deskripsi lengkap tentang ciri fisik mereka.
Down keluar dari Earlswood karena tidak memperoleh dukungan finansial guna menunjang penyandang disabilitas.
Mayoritas dokter pada masa itu berpikir down syndrome tidak dapat mempelajari apa pun. Down ingin membuktikan yang sebaliknya.
Down dan istrinya mengajari mereka menunggang kuda, membersihkan kandang, menanam sayuran dan buah, mengumpulkan telur dan memerah susu sapi.
Anak-anak dengan bakat yang sama ditempatkan dalam kelompok yang sama untuk meningkatkan pembelajaran.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mabel Grammer, Penyelamat 500 Anak Ras Campuran di Jerman
Down meninggal secara mendadak di usia 67 tahun pada musim gugur 1986. Pada hari pemakamannya, kuda-kuda menarik kereta hitam, melewati jalan-jalan di Hampton Wick.
Semua toko juga tutup, semua tirai diturunkan dan kerumunan orang berdiri dengan sedih. Down dikremasi dan abunya disimpan di Normansfield.
Di dunia barat "mongolisme" tetap menjadi istilah yang diterima sampai 1960. Pada 1961, sekelompok ahli genetika menulis surat terbuka ke jurnal medis The Lancet.
Setelah penelitian, trisomi 21 tidak memiliki hubungan dengan gen Asia normal. Akhirnya, istilah itu sepenuhnya dilarang karena rasis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.