Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perasaan Saya Mengatakan Saya Bakal Hidup"

Kompas.com - 21/03/2019, 15:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Moustafa Ghoneimy masih mengingat betul bagaimana dia terperangkap di antara tumpukan tubuh di dalam Masjid Al Noor.

Shalat Jumat baru dimulai sekitar tiga menit di masjid kawasan Christchurch, Selandia Baru, pada pekan lalu 915/3/2019) ketika dia pertama mendengar "letusan".

"Negara ini (Selandia Baru) adalah tempat yang aman sehingga kami tidak berpikir bakal terjadi sesuatu yang mengerikan," ujar Ghoneimy.

Baca juga: Kalian adalah Temanku, Saya Akan Berjaga Ketika Kalian Shalat

Awalnya dia mendengar dua "letusan". Setelah mengerti itu adalah penembakan karena bau mesiu tercium, dia dan jemaah lainnya berusaha untuk melarikan diri.

Dilansir NZ Herald Kamis (21/3/2019), Ghoneimy menceritakan dia bersama jemaah lainnya berusaha untuk membuka pintu, namun macet.

Ketika akhirnya Ghoneimy, kaca dekatnya pecah. Dia berusaha untuk berjongkok menyelamatkan diri. Namun kakinya tersangkut.

Terjepitnya kaki itu berasal dari tubuh seorang jemaah. Pada saat itu, penembakan yang dilakukan teroris bernama Brenton Tarrant itu semakin dekat.

Pria yang baru pindah selama tiga tahun dari Mesir itu mengisahkan sebagian tubuhnya sudah berada dia luar. Namun dia merasa peluangnya untuk hidup kecil.

Apalagi bau mesiu yang semakin pekat memenuhi udara dalam masjid. "Saat itu, saya hanya menunggu teroris itu menembak kepala atau jantung saya," katanya.

"Namun, persayaan saya juga mengatakan saya bakal hidup," lanjutnya. Peraaannya benar. Dia pun mendapatkan celah untuk menyelamatkan diri memanfaatkan jendela yang pecah.

Dia teringat kepada istri dan anak-anaknya karena sebelum penembakan terjadi, mereka sempat berdiskusi pergi ke masjid bersama untuk shalat.

Untungnya, istri Ghoneimy sempat menelepon mengabarkan dia tidak jadi datang karena harus menjemput anaknya dan juga anak temannya.

Mengetahui istrinya selamat, Ghoneimy dan jemaah yang berhasil selamat segera menuju sebuah rumah setelah si pemilik berteriak "Kemari, Kemari!"

Baca juga: Tuhan, Semoga Pria Ini Kehabisan Peluru

Dia dan tiga jemaah yang selamat berusaha melapor ke polisi. Ghoneimy mengisahkan dia kesulitan meraih ponsel karena tangannya penuh darah.

Dia kembali menelepon istrinya untuk mengabarkan kondisinya, kemudian mencoba menghubungi teman-temannya untuk memastikan mereka selamat.

Sayangnya, dua di antaranya tidak selamat. "Saya tak pernah melihat mereka. saat itu fokus saya hanyalah satu, berusaha keluar," kenangnya.

Meski kehilangan dua temannya dan mendapat pengalaman menyeramkan itu, Ghoneimy menegaskan tujuan dari perbuatan si teroris tak tercapai.

"Saya merasa kami menang. Kelihatannya tujuan si pelaku adalah memisahkan Muslim dari warga lainnya. Namun yang terjadi sebaliknya," tutur Ghoneimy.

Alih-alih terpisah, ikatan Muslim dengan warga Selandia Baru lainnya menurut Ghoneimy semakin kuat. "Kami menjadi keluarga besar saat ini," bebernya mantap.

Baca juga: Abdul Aziz, Pahlawan yang Kejar Teroris Penembak Masjid Selandia Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com