Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita TBC "Kebal Obat" Meningkat di Kulon Progo

Kompas.com - 21/03/2019, 07:51 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Penderita penyakit tuberculosis atau TBC yang kebal terhadap obat mengalami peningkatan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Kulon Progo mencatat sembilan pasien TBC kebal obat terdapat sepanjang tahun 2018. Jumlah itu meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni 5-7 kasus di 2017 dan sebelumnya.

"Ini trennya meningkat. Dua penderita kebal obat yang meninggal (tahun lalu)," kata drg Baning Rahayujati MKes, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulon Progo di Kantor Pemkab, Rabu (20/3/2018).

Baning mengungkapkan, tumbuhnya penderita kebal obat lantaran persoalan pengetahuan si pasien terkait pengobatan yang benar hingga pasien sembuh.

Baca juga: Idap TBC, Kakak Dhawiyah Ditahan di Rutan Khusus

Banyak pasien berobat. Pengobatan TBC memerlukan waktu hingga 6 bulan. Kenyataannya, tidak sedikit pasien berhenti di tengah jalan dan pengobatan pun tidak tuntas.

"Selama itu ada pasien makan obat dan berhenti di tengah jalan. Pengobatan jadi tidak tuntas," kata Baning.

Akibatnya, penyakit ini bisa kembali menyerang. Bakteri atau kuman tubercolusis pun berubah memiliki kekebalan terhadap obat lama. Pasien TBC ini pun semakin sulit diobati.

"Karena itu pasien seperti ini harus berobat kembali dengan pengobatan antara 1-2 tahun. Pengobatannya lebih sulit," katanya.

Baning mengungkapkan, pihaknya cukup serius menangani penyebaran penyakit ini. Terlebih, TBC menjadi salah satu penyakit yang berkembang cukup banyak namun sulit dideteksi.

Pemerintah mencatat ada 263 pasien TBC pada 2018 lalu. Penyakit ini ditemukan pada pasien dengan beragam latar belakang. 

"Ada juga guru. Tapi paling banyak dari keluarga dengan latar belakang petani," kata Baning.

Baca juga: TKI Ini Bekerja di Malaysia Tanpa Gaji dan Disiksa hingga Sakit TBC

Kasus TBC seperti gunung es, penderitanya diyakini lebih banyak dari yang ditangani pemerintah saat ini. Baning menceritakan, bakteri atau kuman TBC bertahan hidup di ruang atau rumah yang lembab dan gelap.

Kenyataannya memang masih banyak warga yang tinggal dan hidup demikian. Berbeda kalau rumah tinggal warga itu terpapar sinar matahari yang cukup. Bakteri TBC diyakini tidak bisa bertahan di bawah sinar matahari.

Karena fenomena gunung es ini, pemerintah terus mencari sampai 430 orang penderita lain. Beragam cara untuk menemukanya.

Salah satunya, Dinkes pernah meneliti 4.000 orang suspect TBC lewat sejumlah tes, namun hasilnya nihil. "Kita kini mengupayakan penemuan secara aktif, yakni dengan ketok pintu," kata Baning.

Beberapa aksi yang akan dilakukan adalah dengan mendatangi asrama yang banyak penghuninya maupun melakukan sarasehan.

TBC sendiri merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi perhatian serius Dinkes Kulon Progo. Selain TBC ada HIV, ISPA, dan diare.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com