Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Jepang ke AS, Ikan Tuna Indonesia Kini Menguasai Dunia

Kompas.com - 20/03/2019, 18:45 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Para pekerja di pusat pemrosesan makanan laut Bahari Biru Nusantara, Jawa Timur, setiap hari bergelut untuk memotong, mem-fillet, dan membekukan ikan-ikan yang mereka tangkap untuk dijual ke pasar dunia.

Direktur Bahari Biru Nusantara Hadi Widjaja mengatakan, perusahaannya bisa memproses 35 ton ikan sehari atau 5.000 ton setahun.

Di pabrik yang taraf kebersihanya sudah diakui dunia itu, ikan diproses sebaik mungkin agar masih segar saat tiba di pasar yang dituju.

Baca juga: Tarif Kargo Pesawat Naik 300 Persen, Ekspor Ikan Tuna ke Pasar Internasional Distop

Indonesia adalah produsen ikan tuna terbesar di dunia, dengan hasil tangkapan bernilai hingga 5 miliar dollar AS atau hampir Rp 71 triliun setahun.

Kasarnya, satu dari enam ekor tuna yang ditangkap di dunia selama tiga tahun terakhir ini berasal dari Indonesia.

"Produksi tuna Indonesia mencapai 16 persen dari total produksi dunia," kata Dirjen Perikanan Tangkap, Zulfikar Mochtar.

Pasar terbesar tuna Indonesia adalah Amerika Serikat, yang mengonsumsi hampir separuh ikan tuna yang diproduksi Indonesia tahun lalu.

Sejak 2014, ekspor ikan tuna Indonesia ke Amerika Serikat telah meningkat hingga 130 persen.

Jepang, yang memperkenalkan sushi ke seluruh dunia, mengimpor hampir seperempat produksi ikan tuna Indonesia tahun lalu.

Sisanya dikirim ke Australia, Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan.

"Permintaan akan sumber makanan laut terus meningkat di seluruh dunia," kata Jeremy Crawford, direktur International Pole and Line Foundation di Asia Tenggara.

Organisasi ini adalah lembaga non-pemerintah yang bergerak dalam kampanye untuk mempromosikan industri perikanan berkelanjutan.

Baca juga: Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang Didominasi Ikan Tuna dan Udang

Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berupaya keras untuk memastikan para pelanggannya dengan menciptakan rantai pasokan makanan laut yang transparan.

Dengan sekitar 3,3 juta orang bekerja di sektor perikanan, Indonesia harus berjuang melawan persepsi praktik pekerja murah, penyelundupan manusia, dan penangkapan ikan ilegal di wilayah barat Pasifik.

Nelayan menurunkan ikan tuna hasil tangkapan mereka di pelabuhan Benoa, Bali.AFP/SONNY TUMBELAKA Nelayan menurunkan ikan tuna hasil tangkapan mereka di pelabuhan Benoa, Bali.
Di bawah kendali Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang mempublikasikan data "real-time" semua lokasi kapal ikan di perairannya.

Dengan memperkenalkan sistem ini, Indonesia menjadi negara terdepan dalam hal transparansi. Demikian, Amanda Shaver, spesialis keamanan lingkungan dari Stimson Centre, lembaga riset di Washington DC.

Di bawah kepemimpinan Susi, ratusan kapal asing yang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia ditangkap dan ditenggelamkan.

Baca juga: Dalam Lelang di Jepang, Ikan Tuna Seberat 405 Kg Terjual Rp 4,3 Miliar

Upaya keras ini membuat reputasi Indonesia dalam hal transparasni industri preikanan dan memerangi penangkapan ikan ilegal melambung di dunia internasional.

Indonesia juga mengembangkan industri pemrosesan ikan yang modern untuk mengantisipasi besarnya volume ikan yang bisa ditangkap.

Selama ini, kapal-kapal ikan Indonesua menggunakan jaring raksasa yang mampu mengangkat semua ikan tuna dari dalam laut.

Dengan menggunakan metode ini, Indonesia bisa menangkap ikan tuna sebanyak negara produsen utama seperti Taiwan dan Jepang.

Namun, cara ini amat berisiko menghancurkan populasi ikan dan hanya menyisakan amat sedikit ikan di sebuah perairan.

Beberapa tahun terakhir, Indonesia menempati tempat kedua di bawah Jepang dalam hal metode menangkap ikan satu per satu.

Cara ini meminimalkan risiko nelayan menangkap ikan yang tidak seharusnya ditangkap. Sehingga dalam jangka panjang menjaga kelestarian ikan di lautan.

Para pakar memperkirakan hampir 20 persen ikan tuna di Indonesia bisa ditangkap dengan cara yang lebih ramah lingkungan ini.

"Indonesia menunjukkankepada Asia Tenggara dan dunia bahwa amat memungkinkan mengkapitalisasi permintaan internasional atas keberlanjutan tuna sekaligus menjaga masa depan komunitas pesisir," kata Crawford.

Sementara itu, dengan kapasitas fasilitas pemrosesan ikan yang terus meningkat , Indonesia berpeluang besar menjadi pemain dalam ekspor tuna kalengan.

Selama ini, Thailand dan Vietnam yang menjadi negara produsen utama tuna kalengan.

"Indonesia melakukan pekerjaan hebat dalam mengendalikan penangkapan ikan ilegal di perairannya," kata Reniel Cabral, pakar kelautan dari Universitas California Santa Barbara.

Baca juga: Rata-rata Bobot Ikan Tuna yang Ditangkap Nelayan di Pesisir Capai 4 Kg

Dia mengatakan, Indonesia berikutnya perlu menerapkan pengawasan serupa terhadap metode penangkapan ikan para nelayan domestik.

"Untuk terus mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini, Indonesia harus memastikan upaya penangkapanilan domestik harus dikelola dengan baik," kata Cabral. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com