LONDON, KOMPAS.com - Sosok seorang pria berjuluk Jack the Ripper meneror kota London, Inggris, pada 1888.
Dia membunuh setidaknya lima perempuan dan memutilasi tubuh korban. Dari situ, muncul dugaan si pembunuh memliki pengetahuan tentang anatomi manusia.
Jack the Ripper tidak pernah ditangkap, atau bahkan diidentifikasi. Dia tetap menjadi salah satu dari penjahat di dunia yang paling terkenal.
Baca juga: Ratu Kecantikan Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Suaminya yang Tajir
Pembunuhan brutal dan misteri di balik identitas serta motifnya menginspirasi banyak novel, film, dan teori selama 130 tahun terakhir.
Laporan NBC News, Selasa (19/3/2019), menyebutkan investigasi forensik melalui DNA kemungkinan mengungkap identitas pembunuhan berantai tersebut.
Jari Louhelainen dari Liverpool John Moores University dan David Miller dari University of Leeds dalam Journal of Forensic Science menyatakan, kuat dugaan bahwa Aaron Kosminski merupakan Jack the Ripper.
Kominski memang dinyatakan hilang setelah berbagai peristiwa pembunuhan itu.
Namun, tudingan yang mengarah kepadanya masih menimbulkan perdebatan dan tidak pernah terkonfirmasi.
"Noda sperma cocok dengan salah satu tersangka utama kepolisian, Aaron Kosminski," demikian bunyi penelitian dalam jurnal itu.
Peneliti menguji genetik darah dan air mani pada syal yang ditemukan di dekat tubuh Catherine Eddowes, korban keempat Jack the Ripper.
Jenazah Catherine ditemukan dalam kondisi rusak parah pada 30 September 1888.
Syal sutra itu diteliti selama 8 tahun dan menjadi satu-satunya bukti fisik terkait dengan pembunuhan tersebut.
Melalui analisis fragmen DNA mitokondria korban dan tersangka, para peneliti dapat membandingkan sampel yang diambil dari keturunan Eddowes dan Kominski yang masih hidup.
Baca juga: Pembunuh Berantai Berjuluk Jack The Ripper-nya China Divonis Mati
Sebelumnya, detektif Trevor Marriott memenuhi pemberitaan setelah ditolak mengakses dokumen tanpa sensor oleh polisi terkait pembunuhan oleh Jack the Ripper.
Polisi London menolak memberikan dokumen itu karena termasuk informasi yang dilindungi sehubunugan dengan data informan.
Pihak berwenang juga menilai, menyeragkan dokumen tersebut bisa menghalangi kemungkinan kesaksian masa mendatang oleh informan era modern.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.