Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Selandia Baru: Si Teroris Ingin Tenar, Jangan Pernah Sebut Namanya

Kompas.com - 19/03/2019, 11:38 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

WELLINGTON, KOMPAS.com - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Selasa (19/3/2019), dalam pidatonya di hadapan parlemen bersumpah tidak akan pernah menyebut nama teroris penyerang dua masjid di Christchurch.

"Dia (pelaku) akan menghadapi kekuatan penuh hukum Selandia Baru," janji Ardern kepada warge negeri itu.

Ardern juga berjanji dia akan "menghilangkan" pria yang telah menghilangkan 50 nyawa itu.

Baca juga: Dubes Australia akan Temui MUI Bahas Serangan Teroris di Masjid Selandia Baru

"Dia mencari banyak hal dari aksi terornya, salah satunya adalah ketenaran," ujar Ardern menggambarkan pelaku.

"Itulah sebabnya Anda semua tak akan pernah mendengar saya menyebut namanya. Dia adalah teroris. Dia penjahat. Dia ekstremis. Namun dia, saat saya berbicara, akan menjadi orang tanpa nama," tambah Ardern.

"Saya mohon kepada Anda semua, suarakan nama mereka yang kehilangan nyawa ketimbang nama orang yang mengambil nyawa mereka," Ardern menegaskan.

Berpakaian serba hitam, perdana menteri berusia 38 tahun itu membuka pidatonya di parlemen dengan sapaan khas umat Muslim.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga damai, kebaikan, dan berkah Allah bersama Anda semua," ujar Ardern.

Pidato Ardern ini bersamaan dengan puluhan keluarga korban tewas mulai berdatangan dari seluruh dunia menjelang pemakaman para korban.

Prosesi pemakaman ini mengalami penundaan jauh dari batas 24 jam usai kematian seperti yang biasa dilakukan dalam tradisi Islam.

Lambatnya proses identifikasi dan dokumentasi forensik membuat pemakaman dalam waktu cepat sulit dilakukan.

Baca juga: Korban Ungkap Teroris di Selandia Baru Bingung dengan Denah Masjid

Javed Dadabhai, yang datang dari Auckland untuk membantu pemakaman sepupunya, mengatakan, pihak keluarga sudah diberitahu soal keterlambatan ini.

"Prosesnya akan sangat lambat karena dilakukan dengan amat seksama," kata Javad.

"Sebagian besar warga belum mendapat kesempatan untuk melihat jenazah keluarga mereka," tambah dia.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com