Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir 1.000 Kota di China Menyusut Jumlah Penduduknya

Kompas.com - 19/03/2019, 08:19 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber SCMP

BEIJING, KOMPAS.com - Presepsi bahwa urbanisasi di China masih amat tinggi nampaknya tidak benar karena saat ini sepertiga kota di negeri itu menyusut jumlah penduduknya..

Demikian hasil temuan dari tim peneliti Universitas Tsinghua belum lama ini.

Tim tersebut menggunakan citra satelit untuk memantu intensitas lampu di malam hari di lebih dari 3.300 kota antara 2013 hingga 2018.

Hasilnya, sebanyak 28 persen dari kota-kota itu mengalami peredupan lampu di malam hari.

Baca juga: Kota di China Ini Larang Sinterklas dan Pernak-pernik Natal

Pakar perencanaan urban di Universitas Tsinghua, Long Ying mengatakan, kini terdapat 938 kota di negeri itu yang jumlah penduduknya menyusut. Angka ini jauh lebih besar dari negara mana pun di dunia.

Temuan ini mengindikasikan menyusutnya populasi dan aktivitas ekonomi di hampir sepertiga kota yang dipantau.

Hasil pemantauan ini muncul di saat data resmi menunjukkan China juga tengah menghadapi tantangan demografi dan ekonomi yang signifikan.

Masalahnya jauh lebih buruk. Antara 2000 hingga 2012, analisa sebelumnya menunjukkan dibanding Perancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat, saat itu penyusutan populasi penduduk kota di China terbilang paling sedikit.

Dalam sebuah seminar di Shanghai pekan lalu, Ying Long mengatakan, dia menanti hasil sensus penduduk China untuk mengetahui apakah tren penyusutan penduduk kota di China benar adanya.

Banyak kota di China mengalami penyusutan populasi termasuk kota-kota yang amat tergantung dengan sumber daya alam misalnya kota tambang Hegang di provinsi Heilongjiang.

Baca juga: Kota di China Ini Larang Anjing Peliharaan Berkeliaran pada Jam Tertentu

Kota-kota lain yang bernasib sama karena "berada dalam proses transformasi" adalah Yiwu di provinsi Zhejiang.

Kota ini pernah didaulat sebagai pasar grosir komoditas kecil terbesar di dunia. Kota ini juga terkenal dengan ribuan toko yag menjual barang-barang "KW".

Masalah besar lainnya adalah penyusutan populasi kota yang terlihat lewat citra satelit justru tidak disadari para ahli perkotaan.

Para ahli tata kota, yang mendapat tugas dari pemerintah setempat, masih membuat perencanaan berdasarkan asumsi bahwa wilayah perkotaan China masih berkembang.

"Ini seperti Anda sudah kehilangan berat badan selama satu dekade tapi masih merencanakan diet dengan asumsi berat tubuh Anda masih bertambah," ujar Long.

Baca juga: Di Balik Megahnya Kota Hantu China

Long menambahkan, perencanaan kota di China saat ini seakan tak melihat realitas. Hal ini disampaikan setelah tim yang dipimpinnya mengevaluasi rencana pengembangan lebih dari 60 kota.

Tim pimpinan Long juga menggelar survey perencanaan 80 kota di wilayah timur laut China, tempat sebagian besar kota-kota yang menyusut populasinya berada.

Lebih dari separuh perencana kota bekerja dengan asumsi penduduk kota akan bertambah.

Sedangkan 90 persen lainnya mengatakan, mereka menghadapi tekanan dari pejabat lokal untuk menggunakan asumsi optimistis saat merancang cetak biru.

Long mengatakan, amat sulit meyakinkan para pejabat kota China bahwa populasi dan juga aktivitas ekonomi di kota mereka menyusut.

Namun, masalah ini nyata. Dan Long mengatakan, mengelola kota yang "menyusut" ini jauh lebih sulit dan berpotenasi memunculkan lebih banyak masalah ketimbang kota yang berkembang.

Saat ini deretan gedung apartemen mendominasi kota-kota di China. Namun, gedung-gedung ini lebih banyak yang kosong dan jika diruntuhkan biayanya jauh lebih besar.

Sayangnya, Long mengatakan, sulit untuk mengetahui seberapa banyak hunian di kota-kota ini yang kosong.

Terlebih lagi, tak ada pejabat kota yang mau mengambil keputusan untuk menghancurkan gedung apartemen yang hanya dihuni segelintir orang.

Baca juga: Pria Uzur dan Anjingnya, Penjaga Sebuah Kota Hantu di China

Di saat banyak kota di China berkompetisi untuk industrialisasi dan sumber daya, kota-kota yang "menyusut" ini terancam akan lebih jauh tertinggal.

"Persaingan antar-kota di China hanya memperburuk tren ini. Kota-kota yang menyusut itu tak akan memenangkan persaingan," ujar Long.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com