Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Teror di Masjid Selandia Baru, Pemilik Senapan Semi-otomatis Serahkan Senjata secara Sukarela

Kompas.com - 18/03/2019, 17:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Sejumlah pemilik senapan semi-otomatis di Selandia Baru ramai-ramai menyerahkan senjatanya secara sukarela sejak aksi teror di masjid Christchurch.

Langkah itu dilaksanakan sejak pemerintahan Perdana Menteri Jacinda Ardern mulai memproses larangan peredaran senapan di Negeri "Kiwi" itu.

Diwartakan NZ Herald Senin (18/3/2019), para pemilik senapan itu mengunggah di media sosial mengenai niat mereka itu. Salah satunya adalah John Hart.

Baca juga: Polisi Selandia Baru Selidiki Hoaks Bom di Dekat Bandara Dunedin

Petani sekaligus anggota Partai Green dari Wairarapa itu mengatakan dia tanpa pikir panjang menyerahkan senapannya ke kantor polisi Senin pagi waktu setempat.

Dia menceritakan ketika datang ke kantor polisi, tempat itu dijaga ketat oleh militer buntut penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood Jumat (15/3/2019).

Hart mengaku awalnya dia datang tanpa membawa senjatanya seraya menanyakan proses penyerahan itu. Kemudian dia baru kembali dan membawa senapannya.

"Saya tidak ingin langsung datang sambil membawa senapan saya. Prosesnya cepat. Saya hanya menandatangani formulir dan langsung menyerahkannya," ucapnya.

Dalam unggahan di Twitter, dia mengaku senjata itu sangat membantu di peternakan. Namun, dia meminta pemilik senapan semi-otomatis lain untuk mengikuti langkahnya.

"Kami tidak membutuhkan (senjata) itu di negeri ini. Jadi kami harus memastikan tidak ada lagi yang beredar #NeverAgain," tegasnya.

Hart menjelaskan dia menggunakan senjata itu untuk mengontrol hama. Namun dia menyatakan masih ada cara lain untuk mengatasi isu tersebut.

Hart bukan satu-satunya pemilik senapan semi-otomatis yang memutuskan untuk menyerahkan senjatanya guna dihancurkan oleh otoritas.

Brena Smith berkata dia menggunakan senapan kaliber .22 untuk membunuh kelinci maupun possum. Dia menuturkan tidak ada keuntungannya punya senjata bergaya militer tersebut.

"Saya kira sudah waktunya ada perubahan besar di Selandia Baru. Akan sangat membahagiakan jika pemilik senjata yang lain melakukannya," kata Smith kepada Hawke's Bay Today.

Sebelumnya, Brenton Tarrant menyerang jemaah Al Noor dan Linwood yang tengah melaksanakan Shalat Jumat menggunakan senapan semi-otomatis dan shotgun.

Aksinya itu menewaskan 50 orang dan melukai 50 orang lainnya. Dalam manifesto yang dia unggah sesaat sebelum penembakan, dia mengakui dirinya sebagai rasis.

Pria 28 tahun asal Grafton, Australia, itu dikenai dakwaan melakukan aksi teror dengan Ardern menyatakan masih ada dakwaan lain yang bakal menyusul.

Baca juga: Keluarga Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Hancur dan Remuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com