GRAFTON, KOMPAS.com — Keluarga Brenton Tarrant, teroris penembak masjid di Christchurch, Selandia Baru, sangat syok ketika melihat tayangan perbuatan pria itu.
Tarrant yang merupakan seorang pendukung supremasi kulit putih menyerang Masjid Al Noor dan Linwood ketika jemaah tengah melaksanakan shalat Jumat (15/3/2019).
Baca juga: Teroris Penembak Masjid Terancam Hukuman Terberat di Selandia Baru
Aksinya itu menewaskan 50 orang dan melukai 50 jemaah lain. Dalam persidangan keesokan harinya, dia dikenai dakwaan melakukan aksi teror.
Kepada media Australia Nine News dikutip Sky News Minggu (17/3/2019), paman Tarrant Terry Fitzgerald meminta maaf kepada seluruh korban.
"Apa yang dilakukannya sangat tidak dibenarkan," ucap Terry. Sementara nenek Tarrant, Marie Fitzgerald, berkata keluarganya begitu "hancur" dan "remuk".
Berbicara dari kampung halaman mereka di Grafton, Marie berujar mereka tidak bisa berpikir apa pun, terlebih ketika media memberitakan Tarrant sudah merencanakannya sejak lama.
Berdasarkan manifesto setebal 78 halaman yang dia unggah sebelum menyerang, Tarrant mengungkapkan dia merencanakan aksi di Christchurch selama tiga bulan terakhir.
"Beban ini sangat berat karena kami tidak berpikir salah satu anggota keluarga kami bakal melakukan hal demikian," ujar nenek 81 tahun itu.
Marie mengatakan, Tarrant sempat berkelana ke sejumlah negara di Asia maupun Eropa selepas ayahnya meninggal karena kanker pada 2010.
Namun, setelah pulang ke Grafton, teroris berumur 28 tahun itu sudah berubah. "Dia bukan lagi seperti Brenton yang kami kenal," ungkapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.