WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menerima kecamana karena dianggap diam saat kebangkitan supremasi kulit putih setelah penembakan massal di Selandia Baru.
Retorika Trump bahkan dikaitkan dengan penembakan yang menewaskan 50 orang di dua masjid di "Negeri Kiwi" itu.
Menurut Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney, tudingan semacam itu sangat tidak masuk akal.
Baca juga: Trump dan Ratu Inggris Ucapkan Belasungkawa atas Tragedi di Selandia Baru
"Presiden bukanlah seorang supremasi kulit putih," katanya dalam acara Fox News Sunday, seperti dikutip dari CNN, Minggu (17/3/2019).
Dia tidak mengerti kenapa Trump selalu dihubung-hubungkan dengan insiden yang terjadi di luar negeri atau bahkan juga di dalam negeri.
Mulvaney juga menyangkal gagasan bahwa retorika dan kebijakan anti-imigran Trump ada hubungannya dengan serangan Selandia Baru.
"Mari kita lihat apa yang terjadi di Selandia Baru kemarin dan mencari tahu mengapa hal-hal itu menjadi lebih umum di dunia. Apakah itu Donald Trump? Sama sekali tidak," katanya.
Ditanya soal kemungkinan pria berusia 72 tahun itu akan menyampaikan pidato besar untuk mengecam fanatisme anti-muslim dan supremasi kulit putih, Mulvaney menyebut presiden telah melakukannya di Twitter.
"Saya pikir Anda melihatnya kemarin di kicauan. Saya tidak yakin apa lagi yang Anda ingin presiden lakukan," ujarnya.
....that we stand in solidarity with New Zealand – and that any assistance the U.S.A. can give, we stand by ready to help. We love you New Zealand!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 15 Maret 2019
Secara terpisah, muslim perempuan pertama yang terpilih di Kongres, Rashida Tlaib dari Partai Demokrat, menuduh presiden gagal untuk berbicara secara tegas melawan supremasi kulit putih.
"Trump adalah pria paling kuat di dunia sekarang ini," tuturnya.
"Kami telah melakukan di masa lalu melawan terorisme asing. Kita perlu melakukannya pada terorisme domestik, melawan supremasi kulit putih yang tumbuh setiap hari," ucapnya.
Seperti diketahui, setelah serangan terhadap dua masjid di Christchurch pada Jumat lalu, Trump menyatakan simpati dan solidaritas kepada korban dan rakyat Selandia Baru.
Baca juga: Senat Sepakat Akhiri Status Darurat AS, Trump: VETO!
Dia menepis kekhawatiran nasionalisme kulit putih mewakili bahaya yang berkembang di seluruh dunia.
"Saya pikir itu adalah sekelompok kecil orang yang memiliki masalah yang sangat, sangat serius," ucap Trump, seperti diwartakan kantor berita AFP.
Sebelumnya, pelaku penambakan, Brenton Tarran, diidentifikasi sebagai nasionalis kulit putih asal Australia menerbitkan manifesto yang penuh dengan teori konspirasi rasis. Dia juga menyebut Trump sebagai simbol identitas kulit putih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.