CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Sebelum melakukan aksinya, teroris penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant sempat menulikan sebuah manifesto.
Dalam manifesto berjudul The Great Replacement itu, Tarrant menuliskan motif mengapa dia memutuskan menyerang Masjid Al Noor dan Linwood.
Dalam beberapa poin yang dipublikasikan Sky News Sabtu (16/3/2019), Tarrant menuliskan bahwa dia tidak berafiliasi dengan kelompok atau pemerintahan tertentu.
Baca juga: Kisah Abdul Aziz: Pahlawan yang Kejar Teroris Penembak Masjid Selandia Baru
Teroris yang berasal dari Grafton, Australia itu juga mengutarakan dia siap mati dalam serangan, dengan mengatakan dia telah merencanakan penembakan itu selama tiga bulan terakhir.
Dia memutuskan untuk melakukan serangan itu setelah meyakini adanya genosida putih dan sejumlah serangan teror di Eropa yang membuatnya menjadi radikal.
Dalam bagian setebal 17 halaman, Tarrant mewawancarai dirinya sendiri dengan mengungkapkan keyakinannya bahwa dia seorang rasis.
Bahkan, dia menyamakan dirinya dengan pejuang apartheid sekaligus mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, dan mengklaim berhak dapat Nobel Perdamaian.
Dia menyatakan merupakan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai simbol identitas kulit putih yang baru, namun menolak kebijakannya.
Seorang pejabat Turki kepada Sky News menuturkan, Tarrant diyakini pernah menghabiskan waktu di negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.
Berdasarkan informasi yang mereka gali, Tarrant diduga beberapa kali pergi ke Turki dan menghabiskan waktu yang cukup lama di sana.
"Saat ini kami tengah menyelidiki pergerakan teroris itu dan kontak yang dibuatnya dengan orang lain selama berada di negara ini," ucap pejabat Turki tersebut.
Sebelumnya dengan mengenakan pakaian militer, Tarrant membawa senapan serbu serta shotgun, dan menyerang jemaah Masjid Al Noor dan Linwood.
Dilaporkan 49 orang tewas, dengan 41 di antaranya ditemukan di Masjid Al Noor, ketika jemaah tengah melaksanakan Shalat Jumat.
Dalam manifestonya, Tarrant yang merupakan warga Australia menyatakan aksi itu dia lakukan sebagai wujud membela kulit putih dari "penjajah".
Pria 28 tahun itu yang diadili dengan dakwaan melancarkan aksi teror tersebut mengaku sudah merencanakan menyerang Christchurch sejak tiga bulan lalu.
Baca juga: Penembakan di Masjid Selandia Baru: Cerita Para Pengguna Jalan yang Pemberani (1)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.