Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Tenang karena Saya Bakal Menjadi Martir"

Kompas.com - 16/03/2019, 17:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Aksi penembakan yang dilakukan teroris Brenton Tarrant terhadap jemaah Masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru, memunculkan beragam kisah.

Selain kisah ada korban tewas yang berusaha melindungi jemaah lain dari tragedi itu, terdapat pula cerita korban yang berhasil menghindari serangan Tarrant.

Salah satunya adalah Mustafa Boztas. Dia tengah mendengarkan khotbah Shalat Jumat di Masjid Al Noor ketika tiba-tiba terdengar tembakan.

Baca juga: Bikin Pernyataan yang Menyalahkan Muslim, Senator Australia Ini Dilempar Telur

Dilansir Newsweek Jumat (15/3/2019), dia mengungkapkan bagaimana jemaah lain langsung berteriak dan berlarian menyelamatkan diri.

Boztas mengatakan dia sempat berusaha kabur. Namun dia tertembak di bagian kaki dan jatuh tersungkur. Pikirannya langsung menginstruksikannya untuk pura-pura mati.

"Saya langsung tak bergerak seolah saya sudah mati. Di dalam pikiran saya, saya merasa tenang karena tahu bakal menjadi martir," katanya.

Setelah penembakan berhenti, Boztas berujar dia langsung berusaha mencari jalan keluat tatkala melihat seorang pria berlari ke arah jendela.

Dia menemukan seorang anak yang diyakini masih sekolah tergeletak di tempat pakir. Dia mengisahkan segera melakukan pernapasan buatan.

Boztas mengaku mempunyai sertifikat pelatihan penanganan pertama saat kecelakaan. Sayangnya, nyawa bocah itu tak bisa diselamatkan.

"Saya sedang menutup matanya ketika mendengar suara tembakan lain. Jadi saya berlari," terang Boztas yang dirawat karena luka di kaki dan kerusakan hati.

Mulki Abdiwahab, remaja berusia 18 tahun, baru saja selesai shalat di ruang khusus putri bersama ibunya ketika letusan senjata terdengar.

Abdiwahab berkata ibunya langsung menggenggam tangannya. Bersama mereka berlari menjauh ketika Tarrant datang membawa shotgun dan senapan serbu.

"Yang kami lakukan adalah berlari dan berlari. Suara tembakan itu masih terus terdengar kira-kira selama 10 menit," ujar Abdiwahab.

Sementara Anwar Alsaleh tengah mencuci tsngan sebelum shalat tatkala teroris itu masuk. Dia segera berlindung dan memencet layanan darurat.

Saat tersambung ke bagian ambulans, Alsaleh langsung mengatakan agar paramedis bisa menelepon polisi karena pembantaian baru saja terjadi.

Perbuatan Tarrant, pria 28 tahun dari Australia, menewaskan 49 orang. Dia disidang pada Sabtu (16/3/2019) dengan dakwaan melancarkan serangan teror.

Baca juga: Teroris Penembak Masjid Kirim Manifesto ke Kantor PM Selandia Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com