Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Selandia Baru Menjadi Target Serangan Teror?

Kompas.com - 16/03/2019, 16:21 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Gulf News

KOMPAS.com - Mengapa seorang warga Australia pergi ke Selandia Baru hanya untuk melakukan serangan teror?

Ini adalah pertanyaan utama saat identitas Brenton Tarrant, sang teroris penembak dua masjid di Christchurch, diungkap.

Sebelum melakukan aksi brutalnya, pria asal New South Wales itu mengunggah manifestonya ke internet.

Baca juga: Jika Tak Ditangkap, Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Bakal Terus Melanjutkan Aksinya

Menurut kantor berita Reuters, dalam manifesto itu Tarrat awalnya tidak memilih Selandia Baru sebagai sasaran.

Namnun, serangan terhadap Selandia Baru akan menunjukkan bahwa tidak ada tempat di mana pun di dunia ini yang aman.

Serangan terhadap Muslim di Selandia Baru menunjukkan jangkauan glonal gerakan supremasi kulit putih yang menginginkan Eropa yang ideal.

Gerakan ini menolak gelombang imigrasi dan kerap menyebarkan ancaman melalui internet.

Siapa Brenton Tarrant?

Setelah menyelesaikan sekolah,  Tarrant bekerja sebagai pelatih kebugaran di Big River Gym di kota Grafton, New South Wales, Australia pada 2009-2011.

Pada 2011, Tarrant keluar dari pekerjaanya dan bepergian ke Asia dan Eropa.

Tarrant mengatakan, dia pernah bekerja sebentar sebelum menghasilkan uang dari Bitconnect, uang kripto seperti Bitcoin, lalu menggunakan uangnya untuk jalan-jalan.

Dalam perjalanannya, Tarrant berkunjung ke Eropa, Asia Tenggara, dan Asia Timur.

Dia bahkan sempat berkunjung ke Korea Utara, di mana dia berfoto bersama kelompok wisata di Monumen Samjiyon.

Tarrant kemudian tinggal di kota Dunedin, 350 kilometer dari Christchurch, sejak 2017.

Para tetangga menggambarkan Tarrant sebagai sosok pendiam tetapi gemar bercerita soal perjalanannya.

Halaman:
Sumber Gulf News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com