Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Selamat Pura-pura Mati agar Tak Ditembak Teroris Penembak Masjid

Kompas.com - 15/03/2019, 18:11 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com - Satu per satu korban selamat insiden penembakan di masjid Al Noor dan Linwood Christchurch, Selandia Baru, mulai ungkapkan kisahnya.

Teroris yang dilaporkan bernama Brenton Tarrant asal Grafton, Australia, menyerbu Masjid Al Noor ketika jemaah tengah melaksanakan Salat Jumat (15/3/2019).

Seperti diberitakan Daily Mail, para penyintas yang tak ingin disebutkan identitasnya itu mengisahkan bagaimana mereka berpura-pura mati untuk menghindari serangan Tarrant.

Baca juga: Penjelasan Dubes RI untuk Selandia Baru tentang Kondisi WNI Pasca-serangan Teroris

Kemudian jemaah yang lain mengungkapkan mereka bersembunyi sementara Tarrant bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain, dan menembaki mereka yang masih hidup.

Salah satu korban selamat mengatakan, dia hanya bisa pasrah dan berdoa sembari menelungkup ketika Tarrant datang dengan memberondongkan tembakan.

"Saya berdoa dan berpikir 'Ya Tuhan, biarkanlah pria ini kehabisan peluru'," ujar jemaah itu. Ketika Tarrant berhenti, jemaah itu beranjak untuk kabur.

Namun pria yang ada di sebelahnya memperingatkannya. Beberapa saat kemudian, Tarrant datang dan menembak pria yang memintanya tak bergerak.

Pria berusia 28 tahun tersebut menembak jemaah itu di bagian dada. "Darah langsung terpercik ke muka saya. Saya berpikir 'Ya Tuhan, Ya Tuhan, saya bakal mati'," kisahnya.

Baca juga: Tim Kriket Bangladesh Nyaris Jadi Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru

Idris Khairuddin kepada The Sun mengaku awalnya dia berpikir suaranya seperti ada pekerjaan konstruksi hingga jemaah yang lain mulai berhamburan dan berteriak.

Remaja berusia 14 tahun itu berkata pamannya ditembak di bagian punggung. "Saya berharap luka yang dideritanya tidak serius," tuturnya.

"Pekan ini adalah pertama kalinya saya datang ke masjid. Saya masih terguncang dan pengalaman ini membuat saya trauma," ungkap Khairuddin.

Salah satu jemaah anonim lain juga mengisahkan dia adalah salah satu dari segelintir orang yang berhasil kabur dari masjid.

Sama seperti jemaah pertama, dia menuturkan sempat berdoa supaya Tarrant kehabisan peluru. Dia mengaku butuh waktu 1,5 jam supaya berhenti gemetar.

Baca juga: Cerita Kalla soal Keamanan di Selandia Baru, Paspampres Tak Diizinkan Bawa Senjata

Seorang pria Pakistan kepada AFP berujar dia melihat sendiri seorang jemaah tertembak di bagian kepala. Dia mendengar tiga tembakan beruntun.

"Sepuluh detik kemudian, dimulai lagi. Saya pikir dia menggunakan senjata otomatis. Tidak ada yang bisa menarik pemicu secepat itu," tuturnya.

Pria tersebut menjelaskan bagaimana jemaah berlarian melarikan diri dengan beberapa di antara mereka bersimbah darah di bagian wajah.

Seorang jemaah lain kepada stuff.co.nz mengisahkan dia sedang salat ketika mendengar tembakan, dan melihat istrinya tewas di tepi jalan dekat masjid.

Baca juga: Dunia Ramai-ramai Kutuk Serangan Teroris di Masjid Selandia Baru

Adapun satu saksi mata seperti dilansir CNN mengisahkan bagaimana dia tengah berkendara menuju masjid, dan berhenti untuk membantu para korban.

Saksi mata itu menuturkan dia melihat seorang pria membawa putrinya yang berusia sekitar 3-4 tahun dengan luka tembak di punggung.

"Dia berteriak ingin ke rumah sakit. Maka saya segera menaikkan mereka. Pria itu juga menderita luka di bagian kaki," ujar saksi mata tersebut.

Penembakan itu menewaskan hingga 49 orang, dengan polisi menangkap empat orang, tiga pria dan satu perempuan, beberapa jam setelah penembakan.

Di mobil terduga teroris, polisi menjelaskan terdapat dua bom rakitan yang segera dinetralkan oleh pasukan Selandia Baru.

Baca juga: Facebook dan YouTube Hapus Video Penembakan di Selandia Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com