Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Ethiopian Airlines Jatuh, Jam Terbang Kedua Pilot "Jomplang"

Kompas.com - 12/03/2019, 18:45 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Penyelidikan kasus jatuhnya pesawat maskapai Ethiopian Airlines ET 302 pada Minggu (10/3/2019) di Bishoftu telah dimulai.

Ini adalah insiden kedua yang menimpa pesawat tipe Boeing 737 MAX 8 setelah maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh pada 29 Oktober 2018.

Insiden itu membuat saham Boeing menurun lima persen pada Senin (11/3/2019), dan membuat sejumlah negara seperti China dan Indonesia mengandangkan 737 MAX 8.

Baca juga: KNKT Tawarkan Bantuan Investigasi Kecelakaan Ethiopian Airlines

Sejumlah analis maupun pakar keselamatan berkata, belum ada bukti yang menyatakan masalah sebenarnya insiden itu pada pesawat Boeing 737 MAX 8.

"Saat ini, fakta yang ada tidak cukup untuk mengandangkan pesawat itu," terang anggota Dewan Keaelamatan Transportasi AS John Goglia kepada Forbes.

Penyelidik memang belum mengumumkan hasil investigasi mereka. Namun pakar mulai menduga masa pelatihan dan pengalaman pilot juga memberi pengaruh terhadap insiden itu.

Dilansir New York Times, pakar cukup terkejut ketika mengetahui pengalaman maupun jam terbang dua pilot yang bertugas di ET 302 itu sangatlah timpang.

Ethiopian Airlines menyatakan, kopilot Ahmed Nur Mohammad Nur hanya mempunyai 200 jam terbang. Bandingkan dengan standar AS yang menetapkan 1.500 jam terbang untuk jadi kopilot.

Sementara sang kapten Yared Getachew, menurut penuturan salah seorang kerabat, merupakan pilot termuda yang memimpin jenis 737.

Menurut Ethiopian Airlines, pilot berusia 29 tahun tersebut mempunyai jam terbang lebih dari 8.000. Sebuah angka yang wajar untuk pilot seusianya.

Goglia dan mantan pilot sekaligus penyelidik kecelakaan Keith Mackey berujar, pilot terlatih bisa mengenali peringatan baik secara visual maupun lewat pendengaran.

"Pastinya kita bertanya bagaimana pelatihan mereka, dan menjadi salah satu faktor lain selain adanya problem di pesawat," terang mereka.

Di negara berkembang dengan jumlah militer maupun sektor penerbangan swasta lebih kecil, pilot dengan jam terbang kecil bisa dipercaya menangani pesawat besar.

Mackey melanjutkan, faktor itu juga berpengaruh terhadap jumlah mekanik terlatih yang berimbas kepada isu pemeliharaan secara sistematis.

Analis Teal Group Richard Aboulafia menuturkan, pengiriman 737 MAX 8 tidak akan ditunda kecuali banyak maskapai lain yang melarang pesawat tersebut beroperasi.

Baca juga: Tragedi Ethiopian Airlines, Ini Daftar Negara yang Kandangkan Boeing 737 MAX 8

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com