BEIRUT, KOMPAS.com - Lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, mengimbau agar anak-anak anggota ISIS tidak diperlakukan sebagai teroris.
Direktur Regional UNICEF Geert Cappelaere menyatakan, nasib anak-anak dan keluarganya yang melarikan diri dari benteng terakhir ISIS tidak boleh diabaikan.
"Pesannya, anak-anak yang tidak diinginkan ini tumbuh semakin," katanya di Beirut, Lebanon, seperti dikutip dari AFP.
Baca juga: Inggris Kembali Cabut Kewarganegaraan Dua Perempuan Pengantin ISIS
Menurut UNICEF, ada sekitar 3.000 anak-anak yang dilahirkan oleh orangtua warga asing yang saat ini menempati kamp Al-Hol.
Mereka mendominasi gelombang besar orang yang keluar dari sisa-sisa "kekhalifahan" ISIS dalam beberapa pekan terakhir.
Mereka berasal dari setidaknya 43 negara yang berbeda, dan banyak yang enggan untuk menangani kemungkinan pemulangan anak-anak itu.
Bahkan ada lebih banyak anak-anak Suriah dan Irak yang telantar sehubungan dengan ISIS. Mereka yang telah menyatu dengan masyarakat menjadi tantangan dengan sedikit perhatian.
"Ini merupakan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan melihat kembali pada genosida Rwanda di pertengahan 1990-an," ujarnya.
"Anak-anak sebagian besar telah berhasil diintegrasikan ke dalam masyarakat Rwamda," imbuhnya.
Five million Syrian babies have been born since the start of the uprising in March 2011, according to @UNICEF figures today, 4mn inside Syria and 1mn to refugees. Five million Syrian children have known nothing but war. (H/t @gcappelaere)
— Richard Spencer (@RichardJSpencer) 11 Maret 2019
Cappelaere mengatakan upaya seperti itu perlu dilakukan di Suriah dan Irak.
"Ada solusi untuk anak-anak ini. Tapi membutuhkan keberanian politik, komitmen politik. Anak-anak ini adalah anak-anak, mereka bukan teroris," katanya.
Dia mengatakan adal total lima juta anak lahir sejak awal konflik pada 2011.
Kasus kematian bayi dari pengantin ISIS asal Inggris Shamima Begum menyoroti kembali sulitnya kehidupan di kamp pengungsian.
Putra Shamima meninggal dunia selang beberapa pekan kewarganegaraan Shamima dicabut.
Baca juga: Menlu Inggris Sebut Misi Selamatkan Bayi Shamima di Suriah Berbahaya
Jarrah dilahirkan oleh remaja berusia 19 tahun tersebut pada pertengahan Februari 2019 di kamp pengungsian, setelah ISIS semakin terdesak.
Beberapa pekan sebelum meninggal, bayi itu memang berada dalam kondisi tidak sehat.
Shamima yang sebelumnya juga kehilangan dua anaknya di Suriah, mengatakan pada bulan lalu bahwa dia ingin pulang ke Inggris.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.