Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengantin ISIS Kisahkan "Bencana" di Dalam Benteng Terakhir Mereka

Kompas.com - 08/03/2019, 15:35 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

BAGHOUZ, KOMPAS.com — Sana, seorang perempuan asal Finlandia, mengisahkan kengerian yang ada di Baghouz, sebuah desa di perbatasan Irak dan Suriah.

"Bom, baku tembak, dan api pun menjalar di tenda. Anda bangun dan ketika sadar, semuanya sudah hancur," kata perempuan berusia 47 tahun itu.

Dia merupakan satu dari perempuan yang menjadi pengantin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan melarikan diri dari Baghouz yang merupakan benteng terakhir kelompok itu.

Baca juga: Presiden Irak: Anggota Asing ISIS Bakal Dijatuhi Hukuman Mati

Dilaporkan Daily Mail Kamis (7/3/2019), setidaknya lebih dari 7.000 perempuan dan anak-anak, termasuk anggota ISIS, kabur dari Baghouz dalam dua hari terakhir.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) menyatakan mereka bakal menggempur Baghouz beserta anggota ISIS yang masih tersisa di dalamnya.

Operasi untuk melenyapkan "kekhalifahan" yang diproklamasikan Abu Bakar al-Baghdadi pada 2014 itu dilanjutkan pekan lalu setelah sempat terhenti untuk membuka jalan bagi kemanusiaan.

Sana menuturkan, dia datang dari Suriah empat tahun silam bersama suaminya yang adalah orang Maroko, dan mengaku pada awalnya kehidupan berlangsung dengan normal.

"Tanpa adanya pengeboman, segalanya sangat normal. Kami sangat bahagia," ujar ibu empat anak tersebut. Suaminya kemudian meninggal akibat kecelakaan mobil.

Setelah itu posisi ISIS mulai tersudut dan membuat Sana beserta perempuan pengantin ISIS lainnya tinggal di kawasan timur hingga timur laut Suriah dalam 16 bulan terakhir.

Dia berharap bisa membalikkan keputusannya ketika bergabung dengan ISIS. "Namun, sejarah tak bisa diubah. Ini adalah nasib saya sekarang," katanya.

Abdul Jasem, pengungsi lain, mengisahkan bagaimana suasana di dalam Baghouz bagaikan "bencana" layaknya neraka sejak SDF yang didukung koalisi AS membombardir.

Dia menuturkan awalnya ISIS hanya mengizinkan perempuan, anak-anak, dan anggota yang terluka untuk keluar dan mengungsi dari Baghouz.

Mereka tidak mengizinkan para pria yang berada dalam usia produktif untuk kabur, sebelum meralat dan memperbolehkan mereka untuk keluar.

Baca juga: Meski Tersudut di Pengungsian, Anggota ISIS Menolak Dianggap Kalah

Perempuan asal Irak itu mengaku harus menunggu ISIS melepaskan putranya yang berumur 20 tahun sebelum bisa kabur bersama dia dan dua adik perempuannya.

"Pria di bawah 40 tahun yang mencoba untuk melarikan diri langsung ditahan. Tetapi, baru dua hari kemarin mereka membiarkannya pergi," ujarnya.

Abu Maryam, pria asal Suriah, mengungkapkan mereka yang masih di Baghouz menggali terowongan untuk melindungi mereka dari serangan mortar hingga bom.

SDF menjelaskan kaburnya anggota ISIS itu diatur oleh sebuah jaringan yang berencana untuk menyelundupkan mereka di kawasan terpencil.

Milisi gabungan Kurdi dan Arab itu menambahkan mereka ingin memastikan seluruh warga sipil yang berhasrat pergi dari Baghouz dievakuasi sebelum mereka melancarkan serangan terakhir.

Pukulan telak bagi ISIS terjadi ketika mereka dipukul mundur oleh SDF beserta koalisi internasional dari dua ibu kota de facto mereka di Raqqa (Suriah) dan Mosul (Irak).

Baca juga: Pengantin ISIS Paling Dicari di Perancis Tewas dalam Serangan Udara di Suriah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com