"Tentu kami tidak tertarik dengan sistem pemerintahan yang sangat otoriter tersebut," beber PM yang pernah berkuasa pada 1981 hingga 2003 itu.
Dia juga mengomentari kekhawatiran bahwa China tengah melakukan diplomasi "jebatan utang" dan menciptakan jaringan negara peminjam.
Baca juga: Najib Razak Dipanggil Bossku, Mahathir: Kalian Mendukung Pencuri?
Negara Barat mencontohkan Sri Lanka yang memutuskan menyerahkan kendali atas Pelabuhan Hambantota dengan masa sewa selama 99 tahun setelah gagal membayar utang.
Mahathir menyatakan negara berdaulat berhak memutuskan untuk menerima pinjaman asing. Menurutnya, China melihat kesempatan memasuki area di mana mereka tidak punya, atau hanya sedikit perwakilan.
"Namun sebuah negara harus benar-benar memutuskan mana yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Jika ada yang memutuskan meminjam uang banyak, itu masalah mereka," terangnya.
Sebelumnya Mahathir memperingatkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk berhat-hati terhadap pinjaman yang ditawarkan oleh China.
Selain itu, dia juga mengkritisi jenis investasi yang harus membawa serta pekerja dari negara asal, dengan dikhawatirkan bakal merusak politik di negara tujuan.
Baca juga: Mahathir Kesal Singapura Impor Air dari Malaysia dengan Harga Murah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.