"Tidak memaksa, tidak. Ini seperti berhubungan layaknya pacar," ucap mantan tentara yang diyakini berusia 40 tahun tersebut.
Taylor sempat dipenjara oleh ISIS ketika dia lupa mematikan fitur penanda geografi di Twitter pada 2014 sehingga memaparkan lokasi kelompok itu.
Kini setelah ISIS dilaporkan hanya tinggal menguasai Desa Baghouz, dia yang ditangkap pasukan Kurdi berujar ingin pulang.
Baca juga: Nadia Murad, Bekas Budak Seks ISIS yang Raih Nobel Perdamaian
Dia meminta maaf karena di masa lalu sudah menimbulkan masalah. "Saya tidak tahu apakah saya bakal diizinkan kembali atau tidak," katanya.
Taylor menuturkan, selama bergabung dengan ISIS, dia tidak turun di garis depan. Dia bertugas sebagai penjaga di perbatasan dengan pemerintah Suriah.
Permintaan Taylor itu mendapat tanggapan dari Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang mengatakan, dirinya memang punya hak di bawah hukum internasional.
Namun, kepada NZT, Ardern menjelaskan, sangat sulit memulangkan Taylor karena dia tidak mempunyai dokumen perjalanan setelah paspornya dibakar sendiri.
Baca juga: Wanita Yazidi yang Jadi Budak Seks ISIS Beberkan Kisahnya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.