Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Resmi Tutup Kantor Konsulat untuk Palestina di Yerusalem

Kompas.com - 04/03/2019, 18:12 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Departemen Luar Negeri AS resmi menutup kantor konsulatnya di Yerusalem yang difungsikan untuk melayani warga Palestina, pada Senin (4/3/2019).

Usai ditutup, layanan untuk warga Palestina di Yerusalem nantinya akan digabung dengan Kedutaan Besar AS untuk Israel yang baru. Rencana itu memicu kemarahan pemimpin Palestina.

"Pada 4 Maret 2019, konsulat jenderal AS Yerusalem akan digabung dengan Kedutaan Besar AS di Yerusalem untuk membentuk satu misi diplomatik," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya, Minggu (3/3/2019), dikutip Channel News Asia.

Keputusan untuk membuat satu misi diplomatik di Yerusalem yang melayani urusan kaitannya dengan pemerintah Palestina dan Israel itu telah diumumkan sejak Oktober lalu oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Baca juga: AS Gabung Kantor Konsulat untuk Palestina dengan Kedubes untuk Israel

Rencana penggabungan layanan itu menuai kecaman, terutama dari warga Palestina yang khawatir pemerintahan Trump akan menurunkan penanganan dalam perhatian terhadap Kota Yerusalem yang disengketakan, tempat bagi situs suci Yahudi, Islam, dan Kristen.

Konsulat Jenderal AS di Yerusalem adalah misi utama bagi Palestina, yang didukung masyarakat internasional bertujuan untuk mewujudkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang ingin mereka bangun di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Robert Palladino mengatakan, keputusan itu didorong oleh efisiensi operasional dan tetap akan ada aktivitas diplomatik AS dan layanan konsuler.

"Langkah penggabungan itu tidak menandakan perubahan kebijakan AS terhadap Yerusalem, Tepi Barat maupun Jalur Gaza," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

"Batas-batas khusus kedaulatan Israel di Yerusalem tetap tunduk pada hasil negosiasi status akhir antara kedua pihak," tambahnya.

Ketika pertama kali Pompeo mengumumkan rencana penggabungan, pemimpin senior Palestina, Saeb Erekat langsung mengecam keputusan itu dan menyebutnya sebagai bukti terbaru bahwa pemerintahan Trump bekerja dengan Israel dan ingin mewujudkan Israel Raya, bukan solusi dua negara.

Status Yerusalem adalah salah satu isu perselisihan paling rumit antara Israel dengan Palestina.

Baca juga: Kedubes Pindah ke Yerusalem, AS Dilaporkan ke Mahkamah Internasional

Israel telah menganggap seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kota yang utuh dan tidak terpisahkan. Hal itu mendapat dukungan dan turut diakui Presiden AS Donald Trump pada Desember 2017.

AS bahkan telah resmi memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Mei tahun lalu.

Tindakan itu telah mendorong pemimpin Palestina untuk menangguhkan hubungan diplomatiknya dengan AS dan memboikot seluruh upaya perdamaian Israel-Palestina yang didorong AS, karena menuduh Washington terlalu pro-Israel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com