Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kampanye Hitam Mewarnai Sejarah Pemilu AS..

Kompas.com - 27/02/2019, 17:29 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Dalam sejarah pemilihan umum, pengenalan visi, misi dan program merupakan bagian dari kampanye yang umum dilakukan kandidat untuk mendapatkan suara. .

Ketika masa kampanye, baik calon presiden maupun calon wakil presiden diberi kesempatan oleh penyelenggara pemilu untuk melakukan berbagai cara untuk menarik simpati masyarakat.

Selain itu, idealnya diadakan debat capres dan cawapres agar kandidat bisa bersaing adu ide dan gagasannya dalam tempat yang sudah disediakan penyelenggara pemilu.

Terlepas dari masalah itu, ada hal buruk yang kerap melekat dan selalu identik ketika masa kampanye, yakni kampanye hitam (black campaign atau smear campaign), juga kampanye negatif.

Pada masa ini, banyak kubu yang berupaya untuk merusak reputasi dari masing-masing capres dan cawapres lawan. Mereka juga melakukan propaganda negatif untuk mempengaruhi opini publik.

Akibatnya, citra dari seorang capres dan cawapres menjadi turun. Maka dari itu, perlunya untuk klarifikasi dari pihak masing-masing untuk mematahkan asumsi dari kampanye hitam tersebut.

Baca juga: Hilangnya Sejumlah Tokoh dan Pemimpin dalam Sejarah...

Kampanye hitam pertama

Kampanye hitam merupakan salah satu bukti bahwa kandidat kerap menggunakan berbagai cara untuk menang. Dengan demikian, muncul pertanyaan "Kapan kampanye hitam kali pertama dilakukan?".

Walaupun sebenarnya konteks kampanye hitam banyak dilakukan oleh beberapa simpatisan, namun kampanye hitam kerap menarik dibahas dalam Pemilu Amerika Serikat.

Dilansir dari The Saturday Evening Post, serang-menyerang untuk menjatuhkan reputasi seseorang sudah muncul dalam sejarah pemilihan presiden di Amerika Serikat pada 1796.

Dalam pemilihan itu, Capres John Adams mendapatkan pukulan dari pihak lawan ketika Boston Independent Chronicle menuduh bahwa selama Revolusi dia yang secara terbuka mendukung George Washington, namun diam-diam juga berupaya mengendalikan para jenderal dengan uang uang.

Lawan John Adams, yakni Thomas Jefferson, juga mendapatkan reputasi negatif karena dituduh keturunan India. Bagi orang yang memilih Jefferson, mereka ditakut-takuti hanya akan mendapatkan kekacauan, perang, perkosaan dan perzinaan nasional.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Pengiriman Surat Melalui Udara Pertama di Dunia

Kampanye hitam selanjutnya

Pada 4 Maret 1829, Andrew Jackson berhasil menjadi Presiden ketujuh AS. Sebelum menjadi orang nomor satu AS, dia juga menerima banyak catatan buruk dari kubu lawan.

Dia kerap digambarkan sebagai manusia liar dan haus darah, pemicu pertarungan, dan dulunya merupakan pelacur. Tak hanya itu saja, kampanye hitam juga tertuju pada keluarganya yang mengatakan bahwa kakak laki-lakinya telah dijual sebagai budak.

Jackson juga diberitakan pernah membunuh para prajurit yang telah menyinggung perasaannya dan istrinya digambarkan sebagai pezina.

Pada 1839, Martin Van Buren yang merupakan bekas wakil dari Jackson dan sebagai Presiden selanjutnya juga mendapat reputasi buruk. Dia dituduh terlalu dekat dengan Paus dalam mengambil sebuah kebijakan pada negara.

Seolah menjadi tradisi dari tahun ke tahun, kampanye hitam juga mengena Presiden ke-16 AS, Abraham Lincon. Dirinya pernah dituduh berkhianat dan istrinya bekerja sama dengan pihak oposisi pemerintahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com