Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna Putih Salju di Rusia Berubah Hijau akibat Polusi

Kompas.com - 25/02/2019, 13:08 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

PERVOURALSK, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu fenomena salju hitam menyelimuti kota di Siberia, Rusia.

Salju hitam pekat di Kemerivi itu diakibatkan oleh polusi pabrik batu bara sehingga membuat jalanan menjadi gelap dan kotor.

Kini salju dengan warna tak biasa memaksa warga untuk menggunakan masker. Salju hijau dapat terlihat di beberapa tempat di kota Pervouralsk.

Penduduk diliputi kengerian karena bahan kimia tumpah dari pabrik krom yang mengubah salju putih menjadi warna hijau asam.

Baca juga: Muncul Fenomena Salju Hitam Menyelimuti Kota di Siberia

Melansir dari Daily Mail, Minggu (24/2/2019), fenomena itu terjadi setelah serangkaian protes secara terpisah di belasan kota di Rusia terhadap polusi.

Dalam satu rekaman video nampak seorang ibu meminta anaknya untuk berhenti bermain-main pada salju dengan warna mencolok tersebut.

"Lihat, itu tumpukan salju," kata gadis cilik bernama Arisha.

"Itu salju beracun. Warnanya sama dengan celana skimu," timpal sang ibu.

Daily Mirror melaporkan, fenomena ini memicu kekhawatiran terkait lingkungan yang telah ditanggapi dengan aksi protes, dan menuai tindakan keras dari pihak berwenang.

Pada bulan lalu, seorang pengemudi taksi sekaligus aktivis Vyacheslav Yegorov ditahan karena mengadakan protes tanpa izin menolak sampah dari Moskwa dibuang di dekat kota provinsinya.

Sekitar 14 aktivis lainnya juga digerebek pada hari yang sama. Kemudian, ada 44 aksi protes dilakukan terhadap pemindahan sampah.

Dikutip dari kantor berita AFP, Rusia telah menghadapi gelombang protes selama setahun terakhir terkait pembuangan sampah Moskwa di sejumlah provinsi.

Pada pekan lalu, Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia perlu meningkatkan pengelolaan limbahnya, karena tempat pembuangan akhir sebelumnya bau dan berbahaya.

"Kita belum membahas apa yang disebut masalah limbah selama satu abad terakhir, artinya memang tidak pernah," katanya.

"Kita harus membentuk sistem pengelolaan limbah yang beradab dan aman," imbunnya.

Sebagian besar kota-kota Rusia tidak memiliki program daur ulang kota, meski jajak pendapat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan sebagian besar penduduk siap untuk memilah sampah mereka.

Menurut Greenpeace Rusia, kurang dari 15 persen penduduk Rusia di kota-kota besar memiliki akses ke fasilitas daur ulang.

Baca juga: Gunakan Kereta, Rusia Pamerkan Hasil Rampasan Perang dari Suriah

Persoalan lingkungan ternyata turut memengaruhi repurasi sang pemimpin.

Survei dari lembaga independen Levada Center yang dirilis pada Januari lalu menunjukkan, approval rating Putin sebesar 64 persen atau terendah sejak aneksasi Crimea pada lima tahun lalu.

Jajak pendapat Levada pada Oktober 2018 juga menemukan, hanya 40 persen dari penduduk Rusia yang akan memilih Putin jika pemilu digelar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com