Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangladesh di Balik Lahirnya Hari Bahasa Ibu Internasional...

Kompas.com - 21/02/2019, 18:13 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Komunikasi merupakan hal penting untuk menjaga hubungan tetap harmonis. Salah satu cara berkomunikasi adalah dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.

Bahasa memang memiliki peran penting bagi manusia dalam berkomunikasi. Meski demikian, bahasa memiliki keragaman. Tiap negara bahkan banyak yang memiliki bahasa lebih dari satu.

Keberagaman berbahasa atau multibahasa ini menginisiasi UNESCO untuk menetapkan Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day).

Peringatan tersebut diadakan tiap 21 Februari sebagai dasar untuk mempromosikan kesadaran akan keaneragaman multibahasa di seluruh dunia.

Bangladesh sebagai pelopor

Ketika Pakistan merdeka pada 1947, tak serta-merta mereka bersatu seutuhnya. Pakistan awalnya memiliki dua bagian yang berbeda yakni, Pakistan Timur (kini Bangladesh) dan Pakistan Barat (Pakistan).

Kedua tempat itu berbeda satu sama lain terkait bahasa dan budaya. Sementara itu, kedua bagian ini juga dipisahkan oleh India.

Pada 1948, Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai bahasa nasional Pakistan. Otomatis orang Pakistan Timur memprotes karena mayoritas penduduk berasal dari Pakistan Timur dan bahasa ibu mereka adalah Bangla.

Baca juga: Gboard Tambah Dukungan 7 Bahasa Daerah dari Indonesia

Mahasiswa Universitas Dhaka yang tertembakIndia Today Mahasiswa Universitas Dhaka yang tertembak
Mereka menuntut Bangla/Bengali sebagai bahasa nasional selain bahasa Urdu. Akhirnya, para aktivis dan mahasiswa Universitas Dhaka mulai bergerak untuk melancarkan protes.

Dilansir dari India Today, mahasiswa Universitas Dhaka berbaris dan berjalan menuju Majelis Legislatif di Benggala Timur pada 21 Februari 1952.

Polisi menembaki aksi mahasiswa tersebut. Empat mahasiswa, yaitu Abul Barkat, Abdul Jabbar, Sofiur Rahman, dan Abdus Salam meninggal dan lainnya luka-luka.

Ini adalah salah satu insiden yang sangat langka dalam sejarah, di mana orang harus mengorbankan hidup mereka untuk memperjuangkan bahasa.

Pengorbanan tak sia-sia. Setelah bertahun-tahun protes yang terus tumbuh, aksi unjuk rasa yang lebih besar, pengorbanan besar lainnya oleh orang Bangladesh (yang saat itu Pakistan Timur), pada tahun 1956 pemerintah untuk memberikan status resmi kepada bahasa Bangla.

Sejak saat itu, Pakistan Timur (kini Bangladesh) bisa menggunakan Bangla sebagai bahasa resmi yang mendapatkan legalitas dari pemerintah.

Menghadap PBB

Pada 26 Maret 1971, Pakistan Timur memisahkan diri dan menjadi Bangladesh. Negara itu sudah terbebas dari pengaruh Pakistan dan penggunaan bahasa Bangla juga ditetapkan secara resmi.

Bangladesh juga telah mendirikan monumen "Shahid Minar" untuk menghormati para pejuang yang telah meninggal memperjuangkan bahasa Bangla.

Pada 9 Januari 1998, Rafiqul Islam, seorang Bengali yang tinggal di Vancouver Kanada menuliskan surat kepada Sekjen PBB Kofi Annan untuk memintanya mengambil langkah dalam rangka menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional.

Kofi AnnanVIA theelders.org Kofi Annan

Ketika itu, Rafiq mengusulkan tanggal 21 Februari untuk memperingati pembunuhan pada 1952 di Dhaka, saat peristiwa itu terjadi.

Surat itu terjawab pada 17 November 1999, ketika UNESCO mengumumkan bahwa pada setiap 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hal ini juga diakui oleh Majelis Umum PBB.

Dilansir dari unesco.org, sampai saat ini, UNESCO telah merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional selama hampir 20 tahun dengan tujuan melestarikan keanekaragaman bahasa dan mempromosikan pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu.

Tema Hari Bahasa Ibu Internasional 2019 adalah bahasa adat penting untuk pembangunan, perdamaian, dan rekonsiliasi.

Artikel menarik tentang Bahasa Indonesia dapat Anda baca dalam tautan ini: VIK: Para Penjaga Bahasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com