Pada 9 Januari 1998, Rafiqul Islam, seorang Bengali yang tinggal di Vancouver Kanada menuliskan surat kepada Sekjen PBB Kofi Annan untuk memintanya mengambil langkah dalam rangka menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional.
Ketika itu, Rafiq mengusulkan tanggal 21 Februari untuk memperingati pembunuhan pada 1952 di Dhaka, saat peristiwa itu terjadi.
Surat itu terjawab pada 17 November 1999, ketika UNESCO mengumumkan bahwa pada setiap 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Hal ini juga diakui oleh Majelis Umum PBB.
Dilansir dari unesco.org, sampai saat ini, UNESCO telah merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional selama hampir 20 tahun dengan tujuan melestarikan keanekaragaman bahasa dan mempromosikan pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu.
Tema Hari Bahasa Ibu Internasional 2019 adalah bahasa adat penting untuk pembangunan, perdamaian, dan rekonsiliasi.
Artikel menarik tentang Bahasa Indonesia dapat Anda baca dalam tautan ini: VIK: Para Penjaga Bahasa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.