Peristiwa ini tak hanya mengubah hidup Byson, tapi juga hidup sang ibu, Lucy.
Lucy yang tiap tahun selalu menengok Byson setiap hari selama dia dipenjara merasa amat berbahagia.
Dia menyisihkan uang yang didapat dari setahun bekerja di perkebunan kapas untuk ongkos ke LP Zomba.
Baca juga: Kata-kata Terakhir Terpidana Mati Populer di AS Sebelum Dieksekusi...
Setiap kali berkunjung, Lucy selalu membawa oleh-oleh sebanyak yang dia bisa bawa untuk putranya itu.
Di hari saat Byson divonis bebas, Lucy tak berada di pengadilan, tetapi adik Byson berada di sana.
Saat adik Byson menelepon Lucy untuk memberikan kabar gembira itu, perempuan tua tersebut sempat tak memercayainya.
"Lalu saya kemudian melompat-lompat layaknya seekor anak domba. Hati saya dipenuhi kebahagiaan," kenang Lucy.
Setelah bebas, Byson dibawa ke sebuah pusat pelatihan untuk mempelajari berbagai hal baru dan menjalani transisi ke kehidupan normal.
Sudah berusia 60-an, dia adalah orang paling tua yang pernah berada di pusat pelatihan itu.
Kini Byson selalu kembali ke pusat pelatihan itu di akhir pekan sebagai relawan. Dia bekerja membantu para mantan narapidana yang pernah mengalami hal serupa dengannya.
Tanah yang dulu dibeli Byson kini sudah ditumbuhi tanaman liar. Istrinya sudah lama meninggal dan keenam anaknya yang sudah dewasa sudah pindah ke daerah lain.
Dia kini tinggal sendirian dan merawat sang ibu yang berusia 80-an.
Baca juga: Setelah Menanti 30 Tahun, Terpidana Mati Pembunuh Polisi Dieksekusi
"Saat saya dipenjara, yang selalu saya khawatirkan adalah ibu. Sebagai anak sulung, saya akan melakukan apa pun untuk dia," ujar Byson.
"Kini saya sudah kembali. Saya tak akan biarkan dia bekerja keras. Saya akan meminta orang lain bekerja untuk ibu. Dia tak boleh ke ladang, saya yang akan melakukannya," ujar Byson.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.