PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan tindakan keras untuk mengatasi serangkaian serangan yang berkaitan dengan gerakan anti-semitisme.
Kepada para pemimpin Yahudi, dia menyatakan Perancis akan mengakui paham anti-Zionisme sebagai bentuk anti-semitisme.
Dia juga mengatakan, parlemen akan segera mengambil suara untuk mengatasi ujaran kebencian yang beredar internet.
Baca juga: 96 Nisan Makam Yahudi di Perancis Dinodai Simbol Swastika
Diwartakan BBC, Macron mengatakan anti-semitisme di Perancis dan negara Barat lainnya telah mencapai tingkat terburuk sejak perang Dunia II.
"Negara kita, dan juga seluruh Eropa dan sebagian negara demokrasi Barat, tampaknya menghadapi kebangkitan anti-semitisme yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II," ujarnya, dalam pertemuan tahunan organisasi Yahudi, Rabu (20/2/2019).
Pemerintah Perancis akan bertindak dengan membubarkan tiga kelompok ekstrem kanan seperti Bastion Social, Blood and Honour Hexagone, dan Combat 18.
Kelompok itu disebut telah memicu kebencian dan mempromosikan kebencian.
"Anti-Zionisme merupakan salah satu bentuk anti-semitisme modern," katanya dalam pertemuan tahunan organisasi Yahudi, Rabu (20/2/2019).
Seperti diketahui, beberapa bulan terakhir Perancis telah menghadapi berbagai serangan anti-semit.
Seorang pemrotes terekam kamera menyerang penulis dan filsuf Yahudi, Alain Finkiekraut, selama berlangsungnya demonstrasi rompi kuning di Paris akhir pekan lalu.
Selain itu, sekitar 96 nisan makam dinodai oleh simbol swastika dan slogan anti-semit di pemakaman Yahudi di Quatzenheim, dekat Strasbourg.
Insiden ini merupakan kasus penodaan kedua di wilayah tersebut. Pada Desember 2018, hampir 40 makam dan monumen korban Holocaust dirusak di Herrlisheim.
Baca juga: Kecam Aksi Vandalisme Makam, Menteri Israel Ajak Yahudi Perancis Pulang
AFP mencatat, beberapa pejabat Perancis menuding massa rompi kuning yang radikal telah mengobarkan kebencian.
Anti-semitisme memiliki sejarah panjang di Perancis di mana masyarakat terpecah pada akhir abad ke-19 oleh kasus Alfred Dreyfus, seorang kapten tentara Yahudi, yang secara keliru dihukum karena pengkhianatan.
Selama Perang Dunia II, pemerintah Perancis era Vichy berkolaborasi dengan Jerman dalam mendeportasi orang Yahudi ke kamp kematian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.