Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jarvik 7, Jantung Buatan Pertama yang Ditanamkan pada Manusia

Kompas.com - 19/02/2019, 14:51 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jantung memiliki peran penting dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, banyak ilmuwan dalam dunia medis yang berusaha mengembangkan perangkat dengan fungsi serupa, apabila jantung manusia mengalami masalah atau disfungsi.

Dilansir dari Thought.co, awal inovasi pengembangan teknologi medis untuk jantung ditanamkan pada hewan. Jika berhasil diaplikasikan pada hewan, maka diharapkan dapat berfungsi pada manusia.

Pada 1940-an, ilmuwan Uni Soviet, Vladimir Demikhov, menjadi pelopor dalam upaya membenamkan jantung buatan ke dalam seekor anjing. Namun, langkah ini kemudian dikenal sebagai teknologi transplantasi.

Setelah percobaan itu, banyak ilmuwan di bidang medis yang mengembangkan teknologi "jantung buatan".

Seorang warga Amerika Serikat, Paul Winchell, berhasil mematenkan jantung buatan pertama. Akan tetapi, teknologi ini tak digunakan.

Pada 1969, jantung buatan Liotta-Cooley diimplantasikan ke pasien, namun meninggal beberapa hari setelahnya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Pasien Pertama Penerima Jantung Buatan Keluar RS

Sebagai pelopor

Ilustrasi jantung buatanNew York Times Ilustrasi jantung buatan
Penggunaan jantung buatan dinilai belum berhasil dikembangkan dengan baik oleh ilmuwan. Melihat kegagalan sebelumnya, seorang ilmuwan Amerika Serikat bernama Robert Jarvik mencoba mengembangkan teknik yang lebih baik.

Dilansir dari healthcare.utah.edu, Robert Jarvik mengembangkan jantung buatan terbuat dari perangkat plastik dan logam yang mampu membantu kinerja dalam memomda darah dan oksigen ke seluruh tubuh.

Robert Jarvik dibantu dan difasilitasi oleh Universitas Utah dalam mengembangkan Jarvik-7. Setelah keberhasilan pengembangan itu, akhirnya alat itu diuji coba ke manusia yang mengalami disfungsi jantung.

Pasien pertama

 Barney ClarkWired Barney Clark
Pada 1982, dokter gigi asal Seattle bernama Barney Clark menjadi orang pertama yang ditanamkan Jarvik-7. Jantung buatan pertama yang dimaksudkan untuk bertahan seumur hidup.

Sebelumnya, ahli bedah William DeVries dengan hati-hati menghilangkan jantung dari Clark yang mengalami disfungsi karena penyakit. Setelah berhasil, ia menggantikan Jarvik-7 ke dalam Clark.

Selama operasi yang berlangsung tujuh jam, wartawan dari seluruh dunia memadati kantin rumah sakit Universitas Utah. Mereka menantikan keberhasilan jantung buatan yang ditanamkan pada manusia untuk kali pertama.

Dilansir dari History.com, Tak lama setelah penanaman jantung buatan tersebut, Clark mengungkapkan kepada publik ingin membantu memajukan ilmu pengetahuan dan medis.

Dia dipuji sebagai pahlawan ketika dunia menyaksikannya melewati hari-hari yang sulit.

Pada 23 Maret 1983, Clark meninggal pada usia 62 tahun. Dia meninggal setelah hidup 112 hari setelah operasi dan kesehatannya menurun drastis.

Baca juga: 3 Desember 1967, Transplantasi Jantung Pertama di Dunia

Perkembangan Jarvik 7

Setelah Clark meninggal dunia, teknologi diuji coba  kepada seorang bernama William J. Schroeder. Dia dioperasi di sakit Humana Hospital-Audubon di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat.

Keberhasilan ini memulainya tindakan medis berupa pemberian jantung buatan yang bisa digunakan kepada pasien yang membutuhkan.

Tercatat, ia mampu hidup selama 488 hari setelah keluar dari rumah sakit. Schroeder menunjukan bahwa orang dapat hidup dalam jangka panjang dengan bantuan perangkat plastik dan logam. Setelah itu, ada sekitar tiga orang yang menerima Jarvik lagi di berbagai negara. 

Perkembangan Jarvik membuat beberapa perusahaan lain mengembangkan teknik serupa. Hampir 2.000 jantung buatan telah ditanamkan, dan prosedur ini umumnya digunakan sebagai penyelamat.

Saat ini, jantung buatan yang paling umum adalah Total Heart buatan SynCardia dengan banderol harga sekitar 125.000 dollar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com