Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya soal Bom Bunuh Diri Manchester 2017, Begini Jawaban Shamima

Kompas.com - 19/02/2019, 14:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BAGHOUZ, KOMPAS.com - Shamima Begum mengaku sangat terkejut ketika konser Ariana Grande di Manchester Arena pada 22 Mei 2017 diguncang bom bunuh diri.

Serangan yang dilakukan pria berusia 22 tahun keturunan Libya bernama Salman Ramadan Abedi itu menewaskan 23 orang, termasuk dirinya.

Korban dari serangan yang diklaim oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu kebanyakan merupakan anak-anak. Dilaporkan juga 800 orang terluka.

Baca juga: Shamima Terinspirasi Gabung ISIS Setelah Menonton Video Sandera Dipenggal

"Saya tidak tahu jika ada korban dari anak-anak. Saya merasa perbuatan itu salah karena mereka orang tak berdosa," kata Shamima dalam wawancara dengan BBC.

Namun diwartakan news.com.au Selasa (19/2/2019), remaja yang bergabung dengan ISIS sejak 2015 itu membandingkannya dengan serangan militer di Suriah.

Shamima menuturkan tidak dibenarkan melakukan pengeboman terhadap perempuan dan anak-anak di Baghouz yang merupakan benteng terakhir ISIS.

"Saya kira itu merupakan perbuatan dua arah. Sebab sampai saat ini, perempuan dan anak-anak masih dibunuh di wilayah ISIS," katanya.

"Itu semacam bentuk pembalasan. Mereka membenarkan perbuatan mereka sebagai bentuk balas dendam. Jadi, saya kira pembenaran itu adil," lanjut Shamima.

Dia mengucapkan permintaan maaf kepada korban serangan ISIS baik yang ada di Inggris maupun di negara seluruh dunia.

Dia mengatakan tragedi itu sangat tidak adil karena korban serangan tidak memerangi ataupun berusaha melukai siapapun.

"Namun, begitu juga saya maupun perempuan lainnya yang saat ini tewas terbunuh dalam serangan di Baghouz," lanjut Shamima.

Jurnalis The Times Anthony Loyd berkata, Shamima adalah pengantin ISIS yang benar-benar mengalami indoktrinasi, dan tidak merasa bersalah atas keterlibatannya di organisasi itu.

Loyd merupakan jurnalis yang menemukan dan pertama kali mewawancarai Shamima di kamp pengungsi al-Hawl, dua pekan setelah dia melarikan diri dari Baghouz.

Baca juga: Shamima: ISIS Mengubah Saya Menjadi Lebih Kuat dan Tangguh

Dia menjelaskan, awalnya Shamima adalah gadis 15 tahun yang dibujuk dan dipengaruhi untuk kabur dari Inggris dan bergabung dengan ISIS.

"Empat tahun kemudian, dia kini telah menjadi pengantin ISIS yang telah mengalami indoktrinasi," terang Loyd yang menambahkan, Shamima bisa kembali ke masyarakat.

Namun untuk mencapai kondisi itu, dibutuhkan upaya untuk merehabilitasi dan reintegrasi sebelum dia dikembalikan ke masyarakat.

"Dia adalah gadis 15 tahun yang membuat kesalahan mengerikan. Adalah tugas kita untuk memulihkan kondisinya," lanjut Loyd.

Baca juga: Tak Menyesal Gabung ISIS, Shamima Ingin Orang Simpati dengan Nasibnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com