Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2019, 22:00 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

DAMASKUS, KOMPAS.com - Ratusan serangan menggunakan zat kimia terjadi di Suriah sejak awal perang pada 2011. Dari ratusan serangan itu, lebih dari 90 persennya disebut dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad.

Menurut laporan Global Public Policy Institute yang dirilis pada Minggu (17/2/2019), ada setidaknya 336 serangan kimia yang terjadi selama konflik perang saudara di Suriah.

Dari ratusan jumlah serangan kimia itu, sekitar 90 persen di antaranya terjadi setelah Presiden AS Barack Obama mengumumkan kebijakan "garis merah" terhadap penggunaan senjata kimia, yang terkenal pada Agustus 2012.

Dalam laporan yang dikutip The New Arab itu, juga disebutkan sekitar 98 persen serangan senjata kimia menggunakan gas dilakukan oleh rezin Assad, sementara sisanya menjadi tanggung jawab ISIS.

"Kampanye perang kimia militer Suriah berkaitan erat secara logistik, operasional, dan strategis, dengan kampanye perang konvensional," tulis laporan itu.

Baca juga: Uni Eropa Beri Sanksi Pejabat Rusia dan Suriah Terkait Kasus Senjata Kimia

"Pasukan rezim Assad menggunakan amunisis klorin improvisasi, yang menyumbang setidaknya 89 persen dari semua serangan senjata kimia selama perang, yang jelas berasal dari bom lempar atau gelinding yang konvensional," tambah laporan tersebut.

Serangan senjata kimia yang dilancarkan pasukan rezim Suriah terhadap daerah-daerah kekuasaan oposisi diyakini telah membunuh hingga ribuan orang.

Di antara serangkaian serangan senjata kimia di Suriah, yang paling mematikan adalah serangan menggunakan gas sarin yang digunakan di Ghouta timur pada 2013 dan di desa Khan Sheikhoun di Idlib pada 2017.

Penggunaan senjata kimia pertama tercatat di Khalidiya, Homs, pada akhir 2012.

Serangan senjata kimia dilaporkan paling sering terjadi di daerah-daerah oposisi, seperti Aleppo, Damaskus, dan Idlib. Sementara diketahui hampir 89 persen serangan senjata kimia itu menggunakan klorin.

"Jelas bahwa militer Suriah secara konsisten memprioritaskan serangan ke pusat-pusat populasi di atas posisi pemberontak di garis depan."

"Penggunaan senjata kimia secara teguh dan luas oleh rezim Suriah dipahami sebagai bagian dari strategi perang, hukuman kolektif terhadap populasi di wilayah yang dikuasai oposisi," tulis laporan yang disusun oleh Tobias Schneider dan Theresa Lutkefend itu.

Baca juga: Bersiap Hadapi Senjata Kimia, Warga Idlib Bikin Masker Sendiri

"Senjata kimia merupakan komponen integral dari gudang senjata yang tidak pandang bulu, di samping senjata berdaya ledak tinggi dan pengepungan," tambahnya.

Laporan itu menyimpulkan, banyaknya serangan menggunakan senjata kimia turut disebabkan kegagalan negara Barat untuk menghentikannya, menyebabkan meningkatnya jumlah korban mengungsi dan kematian dalam perang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com