Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggah Lagu Sindiran tentang Korupsi ke YouTube, Penyanyi Ini Diancam Partai Penguasa

Kompas.com - 18/02/2019, 19:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

KATHMANDU, KOMPAS.com - Seorang penyanyi yang populer di Nepal berkata dia menghapus lagu dengan lirik berisi sindiran yang dia unggah ke YouTube.

Dilansir Al Jazeera Senin (18/2/2019), penyanyi bernama Pashupati Sharma itu mengaku diancam oleh sayap muda partai komunis yang berkuasa.

Sharma mengunggah lagu berjudul "Lutna Sake Lut, Nepal Mai Chha Chhut" (Curilah apapun yang Anda mau selama masih diizinkan di Nepal).

Baca juga: Saat Prabowo Jawab Sindiran Jokowi soal Pesimisme dan Ekonomi Makro...

Lagu tersebut menjadi viral dan menimbulkan gelombang kemarahan rakyat Nepal karena menunjukkan maraknya korupsi di sana.

Dalam chorus di lagu satir itu, terdapat lirik "Jika Anda bisa mencuri, Anda harus melakukannya. Anda tak bisa mencuri di negara manapun kecuali Nepal".

Dalam wawancara dengan harian Republica, Sharma mengatakan lagu itu menunjukkan penderitaan rakyat Nepal yang semakin kentara.

Federasi muda Partai Komunis Nepal (NCP) mengeluarkan pernyataan kuat yang menentang lagu itu, dan meminta publik tak mendengarkannya.

Dalam keterangan di Facebook, sayap muda NCP menuduh Sharma telah memfitnah pemerintah dan berkomplot dengan oposisi Kongres Nepal.

Kelompok itu meminta Sharma untuk "mengoreksi kesalahan", serta mengancam bakal mengambil tindakan untuk menghancurkan karirnya.

Dikutip Kathmandu Post, Sharma menyatakan telah menghapus lagu itu dengan beralasan ingin mengganti lirik yang dianggap menyinggung pendengarnya.

"Niat saya menciptakan lagu ini adalah menaikkan isu yang menjijikkan itu secara satir. Saya sadar bahwa pemerintahan bersih harus ditegakkan," ujar dia.

Sejumlah netizen menunjukkan dukungan dengan mengecam pendekatan tak demokratik yang dipertontonkan oleh partai berkuasa.

Warganet lainnya menuturkan ancaman yang dilayangkan sayap muda NCP justru menjadi blunder karena lagu itu mulai dipublikasikan secara luas.

"Pashupati Sharma harus berterima kasih kepada pemerintah Nepal dan partai komunis karena sudah membuat lagu itu dikenal secara masif" kata akun bernama Damakant Jayshi.

Sehari setelah lagu itu ditarik, aktivis memenuhi kawasan pusat Kathmandu dan berdansa menggunakan lagu menggunakan pengeras suara.

"Mengekspresikasn pandangan adalah hak dalam Kebebasan Berpendapat," tegas pernyataan resmi Folk Nasional dan Akademi Lagu Duet Nepal.

Baca juga: Demi Tekan Angka Perkosaan, Pemerintah Nepal Blokir 24.000 Situs Porno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com