Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Terima Kembali Anak-anak Anggota ISIS

Kompas.com - 18/02/2019, 13:26 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Arab News

MOSKWA, KOMPAS.com - Di saat keruntuhan ISIS di Suriah dan nasib keluarga anggota kelompok militan itu menjadi masalah, Rusia sudah mengambil langkah maju.

Rusia bisa dianggap sebagai pelopor negara yang secara sistematis membawa pulang anak-anak anggota ISIS yang berasal dari negeri itu.

Sebenarnya masalah pemulangan para perempuan dan anak-anak mereka yang pernah hidup di bawah wilayah ISIS menjadi perdebatan di Rusia.

Baca juga: Assad kepada Kurdi Suriah: Amerika Tidak Akan Melindungi Kalian

Sejumlah kalangan terutama aparat keamanan menganggap mereka sebagai benih ancaman di masa depan.

Meski demikian, awal bulan ini sebanyak 27 orang anak-anak mulai usia empat hingga 13 tahun, diterbangkan dari Irak menuju ke Moskwa.

Sambil memegang mainan dan dibungkus jaket tebal, anak-anak itu diangkut sebuah pesawat kargo untuk menghadapi musim dingin Rusia setelah bertahun-tahun tinggal di gurun.

Setelah menjalani tes kesehatan, anak-anak itu akan diserahkan kepada para paman, bibi, dan kakek mereka di Kaukasus Utara, wilayah Rusia dengan penduduk mayoritas pemelu Islam.

Di tempat itu pula menjadi asal sebagian besar warga Rusia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS.

Pada Desember tahun lalu, sebanyak 30 anak-anak dipulangkan dari Suriah menuju ke Rusia.

"Mereka belajar di sekolah dan taman kanak-kanak. Para relawan bekerja bersama mereka dan berbicara tentang apa yang sudah dilalui anak-anak ini," ujar Kheda Saratova, penasihat pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.

Kadyrov memang memainkan peran penting dalam proses repatriasi anak-anak tersebut.

"Para relawan itu juga menjelaskan bagaimana anak-anak ini terindoktrinasi," tambah Saratova.

Pemerintah Rusia sejauh ini memberikan angka berbeda soal jumlah anak-anak yang dipulangkan ke negeri itu.

Saratova mengatakan, sudah 200 anak dipulangkan tetapi masih terdapat hampir 1.400 anak di Irak dan Suriah.

Kadyrov, sekutu lama Presiden Vladimir Putin, memulai upaya pemulangan anak-anak ini sejak 2017.

Negosisi diplomatik biasanya dipimpin politisi Chechnya kelahiran Aleppo, Ziyad Sabsabi.

Mengenai upaya Kadyrov ini, Presiden Putin menyebutnya sebagai sebuah hal yang amat terhormat dan sesuatu yang harus dilakukan.

Saat Rusia mulai mengintervensi Suriah pada 2015, dia mengatakan, para ekstremis harus dibunuh sebelum mereka tiba di Rusia.

Meski di beberapa wilayah Rusia mencoba melakukan rehabilitassi untuk para mantan ekstremis, tetapi langkah serupa gagal di level nasional.

Para pemuda yang pulang dari Suriah dan Irak lalu menyerahkan diri kepada pemerintah harus menghadapi hukuman berat.

Bulan ini, Mahkamah Agung Rusia mengukuhkan hukuman penjara 16 tahun untuk seorang pelajar 19 tahun yang pergi ke Suriah dan bekerja sebagai juru masak dan sopir ISIS selama enam bulan.

Memulangkan para istri anggota ISIS juga amat rumit akibat tak adanya perjanjian ekstradisi antara Rusia dan Irak.

Alhasil, banyak perempuan Rusia yang ditahan di Irak akhirnya dijatuhi hukuman penjara. Beberapa orang menjalani hukuman seumur hidup.

Keengganan untuk memulangkan warga sipil Rusia yang pernah hidup di wilayah ISIS juga disampaikan dinas keamanan negeri itu.

Direktur FSB Ae=lexxander Bortnikov pada November lalu mencatat para perempuan dan anak-anak yang keluar dari zona konflik digunakan sebagai pelaku bom bunuh diri atau perekrut anggota baru.

Selain itu, afiliasi apapun dengan ISIS dianggap sebagai kejahatan karena undang-undang Rusia menganggap ISIS sebagai organisasi teroris.

Tahun lalu, dua perempuan yang kembali dari Suriah ke Dagestan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara.

Baca juga: Shamima Melahirkan Bayi Laki-kali di Kamp Pengungsian di Suriah

Di sisi lain, anak-anak yang dipulangkan juga menghadapi  masalah dalam menjalani hidup baru di Rusia, sebuah negeri yang nyaris  tak mereka kenal.

Apalagi, mereka lahir di Suriah dan sempat beberapa tahun hidup di bawah aturan kekalifahan ISIS.

Pemerintah Rusia berharap  membawa mereka pulang ke keluarganya bisa mengurangi risiko radikalisasi saat mereka beranjak dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Arab News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com