YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dan pemerintahan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Mada Sukmajati mengatakan, kedua calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebaiknya menghindari serangan yang bersifat personal dalam debat capres putaran kedua, Minggu (17/2/2019).
"Untuk teknis debat saya kira para capres perlu dikondisikan untuk intensif mendebatkan hal substantif dengan berbasis pada data dan tanpa mengarah ke serangan-serangan yang bersifat personal," kata Mada di Yogyakarta, Minggu, seperti dikutip Antara.
Ia berharap para capres tidak sekadar beradu argumen dan melontarkan retorika wacana mengenai isu energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup, yang akan menjadi topik perdebatan.
Baca juga: Dukung Jokowi, Maruf Amin Akan Hadir Saat Debat Kedua Pilpres
Bagi calon presiden petahana, menurut Mada, perlu memberikan penekanan atas capaian yang sudah dilakukan sejauh ini sambil tetap secara realistis mengakui keterbatasan disertai penjelasan penyebabnya.
"Tetap menunjukkan hebat tetapi jangan juga merasa menjadi 'superman'," kata dia.
Sedangkan untuk capres penantang, menurut dia, bisa bermain dengan data dan kasus konkret yang menunjukkan masih rendahnya kinerja petahana.
Kendati demikian, harus mampu menyodorkan alternatif yang meyakinkan dan mendetail.
Baca juga: Sudirman Said: Prabowo Santai Hadapi Debat Kedua
"Jadi tidak asal beda saja namun tidak ada tawaran alternatif kebijakan atau tidak ada dukungan data dan informasi yang kuat," kata Mada.
Lebih dari itu, ia berharap, kedua capres mampu mengartikulasikan gagasannya ke dalam program kerja atau rencana implementasi pada pemerintahan lima tahun ke depan dengan didukung data yang padat.
Baca juga: Begini Urutan Segmen Debat Kedua Calon Presiden
Selain itu, kata Mada, keduanya juga perlu sekaligus menetapkan target capaian pada tahun pertama pemerintahan, tahun kedua, dan seterusnya dalam rangka membuktikan visi dan misi yang diusung.
Kedua capres harus menyadari bahwa yang menjadi target untuk diyakinkan bukanlah pendukung tradisional yang telah jelas akan mendukung mereka.
"Yang menjadi target untuk diyakinkan bukan pendukung tradional yang sudah jelas mendukung mereka, tetapi pemilih yang masih ragu atau belum memiliki keputusan yang jelas dan kuat," kata Mada Sukmajati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.