Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Diajukan Jepang Jadi Peraih Nobel Perdamaian? Ini Tanggapan Abe

Kompas.com - 17/02/2019, 14:03 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat terus memuji jalinan hubungan negaranya dengan Korea Utara, menjelang pertemuan keduanya pada akhir bulan ini.

Berbicara di Gedung Putih, Trump menyinggung mantan Presiden AS Barack Obama, yang menurutnya justru mendekatkan diri pada perang dengan negara bersenjata nuklir.

Sebagai informasi, Trump mengklaim akan bertemu dengan pemimpin Korea Utara untuk kali kedua pada 27-28 Februari 2019 di Vietnam.

Baca juga: Gara-gara Pernyataan Rasis, Gelar Kehormatan Peraih Nobel DNA Dicopot

Pria berusa 72 tahun itu bahkatn menyebut Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengiriminya salinan surat setebal lima halaman yang dikirimkan kepada komite Penghargaan Nobel Perdamaian.

Abe juga disebut mengajukan Trump sebagai pemenang atas upayanya dalam meredakan ketegangan dengan Korut.

"Dia bilang, 'Saya menunjuk Anda dengan hormat atas nama negara Jepang, saya meminta mereka memberikan Anda Nobel Perdamaian'," katanya menirukan ucapan Abe.

"Saya menyampaikan terima kasih," lanjut Trump, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Jumat (15/2/2019).

"Banyak orang yang merasakan hal itu juga. Saya mungkin tidak akan pernah mendapatkannya. Tidak apa-apa," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Abe mengaku menerima permintaan dari pemerintah AS untuk mengajukan Trump sebagai pemenang Nobel Perdamaian.

Demikian laporan surat kabar Asahi, seperti diwartakan Straits Times, Minggu (17/2/2019).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang di Tokyo mengatakan, kementerian menyadari pernyataan Trump, tetapi akan menahan diri dari mengomentari interaksi antara kedua pemimpin.

Situs web Yayasan Nobel menyatakan, nominasi untuk Nobel Perdamaian dapat diajukan oleh siapa saja yang memenuhi kriteria nominasi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Penghargaan Nobel Pertama di Stockholm

Nobel Perdamaian 2018 diraih oleh Dokter Denis Mukwege asal Kongo dan aktivis etnis Yazidi Nadia Murad.

Mukwege meraih hadiah ini karena mendedikasikan sebagian besar waktu masa dewasanya untuk membantu korban kekerasan seksual di Republik Demokratik Kongo.

Sementara Nadia Murad dikenal sebagai penyintas kekerasan seksual yang amat kejam saat dia menjadi sandera ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com