Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Airbus A380, Pesawat dengan 4 Juta Komponen dari 1.500 Pabrik

Kompas.com - 14/02/2019, 16:01 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber CNN

PARIS, KOMPAS.com - Kabar yang menyebut Airbus menghentikan produksi A380 superjumbo pada 2021 memang sungguh mengejutkan.

Pesawat ini sebenarnya banyak disukai penumpang, tetapi sayang tak banyak maskapai penerbangan berminat membeli.

Alhasil, manajemen Airbus memutuskan tak sanggup untuk menanggung biaya produksi pesawat komersial terbesar ini.

Baca juga: Airbus Bakal Hentikan Produksi A380, 3.500 Pekerja Terancam PHK?

Sebelum Airbus A380 berhenti diproduksi, tak ada salahnya jika kita melongok sedikit proses pembuatan pesawat ini.

Tengah malam, di Levignac, sebuah kota kecil Perancis yang terletak tak jauh dari kota Toulouse, puluhan orang berdiri di sepanjang jalan utama kota itu.

Mereka bukan sedang menunggu parade atau marching band, tetap konvoi enam buah truk yang membawa komponen pesawat komersial terbesar di dunia, Airbus A380.

Semua orang itu bertepuk tangan saat sayap, badan, dan ekor horizontal pesawat perlahan-lahan memasuki kota itu.

Proses ini terus berulang selama beberapa pekan selanjutnya.

Final Assembly Line (FAL) atau proses perakitan terakhir pesawat double-decker yang mampu mengangkut lebih dari 500 penumpang itu terletak di pabrik Jean-Luc Lagarde.

Tempat itu adalah fasilitas yang dibangun Airbus di bandara Toulouse-Blagnac di wilayah selatan Peranci.

Tempat itu juga menjadi markas besaar Airbus dan lokasi  departemen uji terbang serta tempat pembuatan pesawat jenis A320, A330, dan A350.

Baca juga: Tak Banyak Maskapai Berminat, Airbus Hentikan Produksi A380 Superjumbo

Sejak pengiriman pertama untuk Singapore Airlines pada 2007, lebih dari 200 unit A380 diproduksi.

Sebagian besar pesawat itu, lebih dari 100 unit dikirim untuk maskapai penerbangan yang berbasis di Dubai, Emirates Airline.

Sebelum dirakit di Toulouse, semua bagian A380 dibuat terpisah di beberapa negara Eropa dan dunia.

Sayap A380 dibuat di Broughton Wales. Bagian badan pesawat dibangun di Hamburg, Jerman dan Saint-Nazaire, Perancis.

Bagian ekor horizontal diproduksi di Cadiz, Spanyol dan bagian ekor vertikal juga berasal dari Hamburg.

Baca juga: Jika Emirates Berhenti Membeli, Airbus Hentikan Produksi A380

Membawa seluruh bagian terpisah ini ke FAL di Touluse merupakan proses logistik yang amat rumit diawasi Arnaud Cazeneuve, manajer transportasi Airbus.

Secara total, mulai dari mur, baut hingga kursi dan mesin, A380 terdiri dari sekitar 4 juta komponen terpisah yang diproduksi 30 perusahaan di seluruh dunia.

"Satu A380, bagi saya hanya terdiri dari enam komponen, tiga bagian badan pesawat, dua sayap, dan ekor horizontal," ujar Cazeneuve.

Airbus bahkan memiliki tiga bua kapal yang dirancang khusus untuk mengangkut komponen-komponen utama A380 ke sebuah dok terapung di Pauillac, di pesisir Atlantik Perancis.

Kemudian kapal-kapal ro-ro membawa enam bagian A380 yang sudah selesai dari fasilitas Airbus di Wales, Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol.

"Tak ada aktivitas derek yang diperlukan," kata Cazeneuve kepada CNN.

Saat enam bagian A380 berlayar, bagian ekor vertikal pesawat ini diterbangkan dari Hamburg  menuju Toulouse.

Ekor tersebut dimasukkan ke dalam Airbus A300-600ST Super Transporter atau lebih dikenal dengan nama Beluga.

Armada lima pesawat Beluga ini bertugas menghubungkan semua fasilitas Airbus di Eropa.
Mereka membawa berbagai komponen tersebut ke lokasi perakitan.

Baca juga: Bandara Baru di Yogyakarta Dirancang Bisa Didarati Airbus A380

Sementara di Pauliiac, enam komponen utama A380 diturunkan dan dipindahkan ke dua tongkang untuk perjalanan selanjutnya menuju Toulouse.

Tongkang-tongkang itu bolak-balik sebanyak empat kali selama delapan hari. Mereka berlayar sejauh 95 kilometer menyusuri Sungai Garrone menujo kota Langon.

Dari Langon masih tersisa 240 kilometer perjalanan darat menuju FAL di kota Toulouse.

Perjalanan menuju ke Toulouse hanya dilakukan malam hari dan konvoi ini membutuhkan dua malam untuk perjalanan sejauh 240 kilometer.

Konvoi ini menggunakan Itineraire a Grand Gabarit (IGG), sebuah jalan alternatif yang dimodifikasi khusus mengatasi muatan besar seperti bagian tubuh A380 ini.

Baca juga: Pangeran Alwaleed Pernah Menyulap Pesawat A380 Jadi Istana Terbang

Airbus membayar 57 persen biaya peningkatan kualitas jalan yang mencapai 171 juta euro atau sekitar Rp 2,7 triliun.

Sisa 43 persen biaya pembangunan ditanggung pemerintah Perancis yang memahami keuntungan yang didapat dari proyek A380 ini.

Jalan diperlebar dan berbagai penghalang disingkirkan dari tepian jalan. Sebanyak lebih dari 6.500 batang pohon ditanam, empat kali lipat dari pohon yang dipindahkan.

Jalan bypass dibangun untuk memudahkan konvoi ini melintasi sekitar 21 kota dan desa di sepanjang jalan itu.

Dan, tak lama lagi, proses pembangunan komponen hingga transportasi menuju pabrik perakitan tak lama lagi tinggal kenangan.

Airbus telah memutuskan untuk menghentikan produksi A380 pada 2021.

Baca juga: Mesin Airbus A380 Meledak di Udara, Tim Perancis Bertolak ke Kanada

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com