Shamima menuturkan, rumah Kadiza terkena bom yang meluluhlantakkan hingga ruangan bawah tanah yang dipakai sebagai tempat bersembunyi.
"Awalnya saya sempat tak percaya. Saya berpikir jika kami mati, kami mati bersama. Namun, kini saya memikirkan bayi saya," katanya.
Kini, Shamima telah berusia 19 tahun dan mengandung anak ketiga. Bersama suaminya, dia melarikan diri dari Baghouz dua pekan lalu.
Si suami menyerah kepada SDF dan hingga saat ini tidak terlihat. Dia mengaku sudah berbicara dengan ibunya baru-baru ini.
Ketakutan anak ketiganya bakal meninggal di kamp pengungsi, Shamima mengatakan, saat ini dirinya mempertimbangkan untuk pulang ke Inggris.
Kepada ibunya, Shamima menceritakan dia membutuhkan bantuan dan dukungan untuk kembali ke Inggris dan melahirkan di sana.
Baca juga: Dalam Pertempuran Terakhir, ISIS Gunakan Bom Bunuh Diri
Dia mengaku sudah mengetahui sikap keluarganya. "Namun, saya ingin pulang demi anak saya dan hidup tenang di sana," kata Shamima.
Terkait dengan ISIS, Shamima menegaskan dia tidak menyesal meninggalkan Inggris dan bergabung dengan kelompok itu pada 2015.
"Namun, saya tidak berharap tinggi. Jumlah mereka saat ini semakin mengecil. Selain itu, korupsi dan penindasan membuat mereka tak layak menang," lanjutnya.
Sang kakak, Renu, kepada ITV News mengaku bersyukur adiknya telah ditemukan dalam keadaan selamat dan meminta London supaya Shamima diizinkan kembali.
"Dia hamil dan tak berdaya. Sangat penting bagi kami membawanya dari kamp al-Hawl kembali ke sini secepat mungkin," kata Renu.
Baca juga: Kekuatan ISIS Tinggal Tersisa 500 Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.