Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Kritik Duterte, Seorang Jurnalis Filipina Ditangkap

Kompas.com - 13/02/2019, 18:40 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Jurnalis Maria Ressa, yang kerap mengkritik kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, ditangkap di kantornya di Manila, Rabu (13/2/2018).

Penangkapan Maria dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik lewat dunia maya itu menjadi puncak tekanan legal untuk terhadap san jurnalis dan situs berita Rappler.

Sebelumnya, Rappler sudah dijerat dengan tuduhan penggelapan pajak sehingga terancam untuk ditutup.

Baca juga: Politisi Pengkritik Duterte Kehilangan Jabatan di Senat

"Dia ditangkap dan sudah dibacakan hak-haknya. Kami coba untuk mengajukan penjaminan malam ini," kata salah seorang pendiri Rappler, Beth Frondoso.

Maria Ressa, yang oleh majalah Time didaulat menjadi "Tokoh Tahun Ini" pada 2018 karena kerja jurnalistiknya, meninggalkan katornya dikawal para agen Biro Investigasi Nasional (NBI) dan dikelilingi kamera.

Rappler sudah membuat pemerintah Filipina gerah karena kerap membuat laporan yang mengkritik perang melawan narkoba yang dikobarkan Presiden Duterte.

Sejak program ini diluncurkan Duterte pada 2016, ribuan orang terduga pengguna dan pengedar narkoba kehilangan nyawa.

Namun, kasus terbaru yang membeli Maria dan mantan reporter Reynaldo Santos Jr ini berawal dari sebuah laporan yang terbit pada 2012.

Laporan itu berisi tentang dugaan adanya hubungan antara seorang pebisnis degan seorang hakim agung saat itu.

Meski penyidik awalnya tidak menanggapi keluhan sang pebisnis terkait artikel itu pada 2017, kasus tersebut tetap dikirim ke kejaksaan untuk dipelajari.

Sementara itu, para jurnalis Filipina merasa amat terkejut mendengar kabar penangkapan Maria Ressa.

"Penangkapan Ressa adalah sebuah persekusi yang memalukan dari sebuah pemerintahan," kata Persatuan Jurnalis Nasional Filipina.

"Pemerintah, kini membuktikan akan secara paksa membungkam media," tambah organisasi jurnalis itu.

Duterte memang beberapa kali menyerang media yang dianggap kerap mengkritiknya, termasuk harian Daily Inquirer dan stasiun televisi ABS-CBN.

Baca juga: Presiden Duterte Ingin Ubah Nama Filipina Jadi Maharlika

Dia mengancam, akan mengejar pemilik kedua media itu terkait tuduhan penggelapan pajak dan memblokir perpanjangan izin siaran jaringan televisi tersebut.

Di sisi lain, beberapa pengkritik program pemberantasan narkoba ala Duterte yang kini mendekam di penjara, termasuk Senator Leila de Lima, bersikukuh semua tuduhan yang digunakan untuk menangkapnya adalah rekayasa pemerintah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com