BELAKANGAN ini saya telah menghabiskan waktu di India. Meskipun saya tidak dapat berbahasa Tamil, namun bahasa indah itu adalah bagian dari kenangan masa kecil saya, bersama dengan film hitam-putih MG Ramachandran, dosai (panekuk khas India), sambar—(sop kacang lentil khas India), dan chutney (rempah saus) kelapa.
Jadi, ketika saya memulai perjalanan saya, dan saya pikir perjalanan ini wajib dimulai dari arah Selatan di Kawasan Cholas yang bersejarah, saya justru sangat kecewa. Sebab, veshti (pakaian tradisional untuk laki-laki) ternyata telah lama tergantikan oleh celana jins dan chino.
Sekarang India adalah perpaduan banyak hal yang riuh dan beragam – mulai dari Flipkart (e-commerce terbesar di India), taksi Ola, nyanyian rap Ranveer Singh dalam bahasa Hindi, diskriminasi kasta, dan hal-hal yang berasal dari masa lampau.
Anda akan menemukan Adivasi (masyarakat tribal), kasta Dalit, Muslim Sufi, komunitas Jat, dan Brahmana: semua hidup berdampingan namun juga senantiasa dalam konflik.
Candi dan pura terlihat di segala arah—untuk menghormati Dewa-Dewa—tetapi tidak ada yang lebih penting dari Brahma sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan Siwa sang pemusnah.
Baca juga: Anak Telantar di India Ini Sekarang Jadi Anggota Parlemen Swiss
India juga merupakan tanah asal epik Ramayana dan Mahabharata – yang terukir di sejarah di seluruh Asia Tenggara. Di dataran Gangga, Anda dapat mencari jejak kehidupan dan kematian sang Buddha – sebuah ikatan yang vital dengan sekitar 150 juta umat Buddha di Asia Tenggara.
Tentunya, terdapat beragam kelompok dan agama yang telah meninggalkan pengaruhnya terhadap keyakinan, kepercayaan, dan praktik masa kini, yang berujung ke dunia yang penuh dengan kuil, gereja, sinagog, masjid, dan tempat pemujaan lainnya.
Jadi ketika saya berpergian dan mendengar berbagai bahasa dari Urdu ke Bengali, Marathi, dan Inggris – saya senantiasa sadar akan bayang-bayang yang telah ada sebelum saya.
Perjalanan saya sendiri tidak sekadar mengenai agama dan budaya, bahasa ataupun sejarah. Saya datang untuk mengeksplorasi sebuah “raksasa” yang sering disalahpahami—sebuah keberadaan ekonomi yang akan menjadi pemicu pertumbuhan penting bagi Asia Tenggara, mungkin juga untuk dunia.
Ekonomi India yang sebesar 9,449 triliun dollar AS (saat ini ketiga terbesar menurut perhitungan Keseimbangan Kemampuan Berbelanja atau PPP) dan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) senilai 7,3 persen (pertumbuhan tercepat di antara negara-negara G20), menunjukkan bahwa ketidakpedulian ini harus berakhir.
Baca juga: Potensi Besar Bisnis Co-Living di India
Berdasarkan dari penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa, India diprediksi akan mengungguli China sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia pada 2024–1,5 miliar penduduk pada 2030.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.