Salah satunya, suku Temiar yang selama ini terpencil di Gua Musang telah menjadi korban kerusakan lingkungan sebab hutan leluhur mereka ditebang habis untuk dijadikan perkebunan durian.
‘Orang asli’ Malaysia, yang hanya berjumlah kurang dari satu persen dari total populasi atau sekitar 178.000 penduduk, merupakan kelompok minoritas yang tengah memperjuangkan hak mereka.
Mereka berada di Semenanjung Malaysia dan mayoritas merupakan non-Muslim yang terdiri dari beberapa suku. Salah satu suku terbesar adalah suku Temiar.
Para pemimpin suku Temiar tetap bersikeras terhadap klaimnya. Mustafa Along, pria berusia 31 tahun, berpendapat, “Ini adalah tanah kami, tanah adat yang menjadi milik nenek moyang kami sejak sebelum kemerdekaan.”
Baca juga: Mencoba Wangi Keuntungan Bisnis Bibit Durian Musang King
Mustafa berada di garis terdepan dalam menentang pembebasan lahan untuk penanaman durian. “Kami memulai memblokade Gua Musang sejak Februari 2018 untuk menghalangi perusahaan-perusahaan menebang hutan demi menanam durian,” katanya.
Ayah tiga anak ini kini menghadapi tantangan hukum atas blokade ini. “Tanah ini milik kami. Walau tidak ada landasan hukumnya, dulu leluhur kami telah membuat perjanjian secara lisan dengan pemerintah Malaysia. Kami telah berada di tanah ini selama ribuan tahun," kata Mustafa.
"Maka, benarlah perkataan orang-orang: Jika Orang Asli dilempar ke dalam hutan dengan hanya sebuah pisau parang dan korek, dia akan bertahan hidup. Tapi, jika dilempar ke perkotaan, dipastikan dia akan mati,” lanjut Mustafa.
Tim Ceritalah berkunjung ke area blokade tersebut pada Desember 2018. Sungai-sungai di sekitarnya bak kopi susu, berwarna coklat dan keruh. Sedimentasi yang diakibatkan penebangan pohon telah membuat air di sungai tidak bisa diminum.
Dahulu kala, banyak tanaman herbal tumbuh di hutan ini, yang kemudian dipanen dan dijual oleh para Orang Asli. Sekarang, semua akarnya telah dicabut dan tanahnya pun menjadi kering.
Pohon-pohon berumur ratusan tahun yang tumbuh menjulang tinggi ke angkasa dan menjadi rumah bagi para satwa hutan kini telah ditebang untuk memberi ruang bagi pohon-pohon durian yang akan ditanam berjajar dengan jarak 10 meter satu sama lain. Pemandangan yang sangat menyedihkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.