Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Harta Karun Perang Dunia II yang Belum Ditemukan hingga Kini

Kompas.com - 11/02/2019, 19:50 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Dalam setiap konflik besar dunia seperti Perang Dunia II kisah penjarahan benda-benda berharga pasti muncul.

Sepanjang Perang Dunia II, Jerman diyakini banyak menjarah benda-benda berharga dari negara-negara yang didudukinya.

Benda-benda jarahan itu mencakup emas, perak, karya seni yang jika dinilai saat ini maka mencapai triliunan dollar AS.

Baca juga: Kisah Pahlawan Perancis Selamatkan 350 Anak Yahudi selama Perang Dunia II

Sayangnnya, banyak benda-benda jarahan itu belum kunjung ditemukan hingga saat ini. Berikut lima harga karun Perang Dunia II yang masih hilang.

1. Kamar Amber

Kamar Amber banyak dianggap sebagai "keajaiban dunia yang kedelapan". Ruangan mewah itu dilengkapi panel-panel amber, dedaunan emas, cermin, ukiran, benda sepuhan emas, dan batu mulia.

Kamar mewah ini dibuat para perajin di Prussia sebelum berakhir di dekat St Petersburg, Rusia, sebagai simbol perdamaian antara kedua kerajaan.

Namun, saat Perang Dunia II dimulai, ancaman kehancuran Kamar Amber muncul di depan mata.

Saat itu, pemimpin Nazi Adolf Hitler mengerahkan tigaa juga tentara untuk menginvasi Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa.

Di akhir operasi ini, Jerman mengangkut banyak harta benda Uni Soviet termasuk Kamar Amber ini. Sejak itu, tidak diketahui keberadaan benda berharga ini.

Pada 2003, sebuah replika Kamar Amber dibuat dan ditempatkan di Istana Katherine, di sebelah selatan St Petersburg.

Baca juga: Kurator Museum Polandia Klaim Temukan Harta Jarahan Nazi Bernilai Rp 6,6 Triliun

Replika ini sudah terlihat cukup mewah dan diperkirakan membutuhkan biaya 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 7 triliun.

Meski demikian, replika ini tetap saja hanya sekadar bayang-bayang Kamar Amber yang asli.

Salah satu terowongan buatan Nazi Jerman yang belum selesai dibangun di Pegunungan Owl, Silesia, Polandia. Legenda menyebut Nazi mengirim kereta berisi emas dan benda berharga lainnya ke terowongan-terowongan ini.Wikipedia Salah satu terowongan buatan Nazi Jerman yang belum selesai dibangun di Pegunungan Owl, Silesia, Polandia. Legenda menyebut Nazi mengirim kereta berisi emas dan benda berharga lainnya ke terowongan-terowongan ini.
2. Kereta emas Nazi

Legenda soal kereta emas Nazi ini bisa dilacak hingga beberapa saat sebelum Perang Dunia II berakhir.

Pada 1943, di puncak perang, Hitler memerintahkan dimulainya operasi rahasia Project Riese.

Operasi ini adalah upaya membangun tujuh fasilitas bawah tanah di Pengunungan Owl, Silesia, Polandia yang kala itu diduduki Jerman.

Baca juga: Perburuan Kereta Emas Nazi di Polandia Berakhir dengan Kegagalan

Namun, pada Januari 1945, arah perang berbalik dan Jerman terdesak. Keruntuhan Nazi hanya tinggal menunggu waktu saja.

Menurut berbagai kisah di Silesia Bawah, saat kehancuran Hitler makin dekat sebuah kereta api berisi emas dan harta benda lainnya beragkat menuju Breslau.

Kereta api itu dikabarkan diarahkan menuju terowongan yang belum selesai dibuat dan area pertambangan di Pegunungan Owl.

Menurut legenda, kereta itu membawa 300 ton emas, karya seni perhiasan, dan senjata.

Namun, hingga kini mitos itu belum terpecahkan. Para sejarawan juga gagal menemukan bukti kuat bahwa kereta emas itu memang ada.

3. Benteng Alpen

Pada akhir 1943, Heinrich Himmler berencana membangun pertahanan terkuat bagi Nazi Jerman.

Kompleks pertahanan yang dalam bahasa Jerman disebut Alpenfestung ini terletak di kawasan pegunungan di wilayah selatan negeri itu.

Hitler tidak terlalu setuju dengan rencana pebangunan Benteng Alpen itu dan pembangunannya tak menjadi perhatian serius.

Namun, di akhir perang, sejumlah laporan intelijen yang diterima markas besar Sekutu menyebut para perwira Nazi dievakuassi ke sebuah kawasan perbentengan di selatan Jerman.

Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels lalu menyebarkan rumor soal perbentengan di Alpen di berbagai termpat.

Hal ini dilakukan agar membuat Sekutu kebingungan tentang masalah di dlam pemerintahan Nazi Jerman.

Benteng Alpen ini konon dilengkapi pasokan logistik, persenjataan, dan anggota Nazi garis keras.

Puluhan tahun usai perang, rumor soal benteng Alpen sebagai salah satu harta karun Hitler masih terdengar.

Baca juga: Gigi Hitler Ungkap Kisah Asli Kematian Pemimpin Nazi

Diyakini, Hitler menyimpan harta karun bernilai jutaan dolar di benteng itu untuk mendanai operasi komando untuk mengacaukan Sekutu di seluruh Jerman.

Rumor ini membuat kawasan pegunungan di wilayah selatan Jerman menjadi tujuan para pemburu harta karun.

Kapal selam USS Queenfish yang menenggelamkan kapal Awa Maru milik Jepang di Selat Taiwan pada 1945.Wikipedia Kapal selam USS Queenfish yang menenggelamkan kapal Awa Maru milik Jepang di Selat Taiwan pada 1945.
4. Emas Yamashita

Seperti halnya kereta emas Nazi, legenda emas Yamashita menjadi salah satu misteri sejarah.

Fakta sejarah menuliskan, Jepang menduduki Asia di masa Perang Dunia II, menghancurkan banyak kota dan menjarah benda berharga.

Menurut sejumlah sejarawan, Kaisar Jepang membentuk sebuah unit khusus bernama Kin no Yuri yang artinya "Bunga Lili Emas" untuk melakukan penjarahan di Asia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertempuran Midway, Titik Balik Perang Pasifik

Disebutkan, berdasarkan perintah Jenderal Tomoyuki Yamashita, hasil jarahan itu kemudian disimpan di sejumlah terowongan bawah tanah di Filipina.

Setelah perang usai, legenda ini memicu warga Filipina dan asing melakukan pencarian. Namun, sejauh ini belum ada yang berhasil.

Pada 1988, emas Yamashita menjadi pusat kasus hukum antara pemburu harta karuan Rogelio  Roxas dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

Roxas mengklaim, dia memiliki peta lokasi emas Yamashita yang dia dapatkan dari putra seorng mantan tentara Jepang yang bertugas di masa perang.

Roxas pernah menuju ke lokasi itu bersama timnya dan setelah berburu mereka menemukan sejumlah bukti seperti bayonet, pedang katana, dan kerangka tentara Jepang yang masih mengenakan seragam.

Mereka juga menemukan patung emas Buddha setinggi satu meter dengan berat sekitar 1 ton.

Roxas juga mengklaim menemukan sejumla kotak yang salah satunya berisi emass batangan.

Namun, saat Marcos mengetahui soal itu, dia memerintahkan Roxas dipenjara dan menyita semua temuannya. Roxas meninggal dunia semalam sebelum sidang digelar.

5. Awa Maru

Kapal barang Jepang Awa Maru dibangun dan dioperasikan perusahaan perkapalan Nippn Yusen Kaisha.

Namun, saat Perang Dunia II, AL Jepang mengambil alih kapal ini dan fungsi kapal yang seharusnya sebagai kapal penumpang berubah di masa Perang Pasifik.

Pada 1945, Awa Maru sedang berada di Samudera Pasifik membawa ratusan personel militer, diplomat, dan warga sipil dari Singapura.

Pada 1 April 1945 malam, saat berlayar dari Singapura, Awa Maru dicegat kapal selam AS Queenfish di Selat Taiwan.

Queenfish salah mengindentifikasi Awa Maru sebagai sebuah kapal perusak, meski kapal itu berfungsi sebagai kapal rumah sakit yang dilindungi Palang Merah dan kesepakatan "Pembebasan Tawanan Perang".

Queenfish menyerang Awa Maru dengan sejumlah torpedo. Kapal itu pun tenggelam. Dari 2.400 penumpang dan awaknya hanya satu orang yang lolos dari kematian.

Baca juga: 70 Tahun Hilang di Dasar Laut Jawa, Kapal Selam Jerman Ditemukan

Sebelum pelayaran terakhir Awa Maru, sejumlah orang mengaku melihat berbagai barang yang diduga benda selundupan dari Singapura dimasukkan ke kapal itu.

Rumornya, di antara benda-benda yang ikut tenggelam bersama Awa Maru terdapat emas, platina, dan berlian bernilai 5 miliar dolar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com