Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lengsernya Maduro adalah Momen Tak Terhindarkan"

Kompas.com - 11/02/2019, 14:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Penasihat Amerika Serikat (AS) menyebut, tidak ada skenario yang bisa membuat Presiden Venezuela Nicolas Maduro mempertahankan kekuasaannya.

Pemberontakan terhadap rezim Maduro telah memasuki pekan keempat dengan para petinggi militer maupun pemerintahan tidak ada tanda-tanda bakal berpaling.

Harapan melihat para pejabat militer top beralih kesetiaan belum terjadi meski pemimpin oposisi Juan Guaido yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara menawarkan amnesti.

Baca juga: Maduro Resmikan Latihan Perang Terpenting dalam Sejarah Venezuela

Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional untuk Belahan Barat Mauricio Claver-Carone bersikukuh lengsernya Maduro merupakan keharusan.

"Jalan yang kami pilih tak terhindarkan. Pertanyaannya bukan lagi apakah Maduro bakal menerimanya atau tidak," tegasnya dilansir The Guardian Minggu (10/2/2019).

Pengacara Kuba-Amerika itu kembali menyerukan kepada militer untuk beralih setia kepada Guaido, dan berjanji AS tidak akan mempersekusi.

"Kami tidak akan menghina mereka yang memilih transisi demokratik damai . Kami di sini tidak ingin membalas dendam," janjinya.

Baik musuh domestik maupun internasional Maduro ingin melihat kejatuhan presiden yang berkuasa sejak 2013 silam tersebut.

Menteri Luar Negeri Kolombia Carlos Holmes Trujillo pada pekan lalu menyebut Maduro sebagai "mayat yang tidak terkubur".

Namun banyak pengamat melihat pergerakan oposisi yang digalang Guaido mulai frustrasi karena belum banyak militer yang memihak mereka.

Dengan rencana aksi protes yang bakal digulirkan Selasa (12/2/2019), pakar Venezuela Moises Naim melihat sangat sukar memprediksi nasib Maduro.

"Saat ini, kami hidup di masa ketidakpastian. Bisa saja kami melihat Maduro lengser besok. Bisa juga beberapa bulan ke depan," terang Naim.

Jika Maduro terjungkal dari kekuasaan, belum tentu rezimnya bakal mengikutinya dan berebut pengaruh Chavismo (ideologi Hugo Chavez).

Baca juga: Venezuela Klaim Bongkar Konspirasi Besar untuk Menggulingkan Maduro

"Ini merupakan pertarungan para miliuner sosialis untuk keselamatan masing-masing," lanjut Naim yang didukung oleh Nicmer Evans.

Pendukung Chavista itu mengatakan, meski era Maduro nantinya berakhir, bukan berarti pergerakan Chavismo bakal hancur.

"Mungkin dia membunuh Chavismo. Namun ideologi itu belum mati. Dia seperti binatang terluka. Siap siaga namun kesakitan," papar Evans.

Pada Jumat pekan lalu (8/2/2019), Maduro bersikeras konvoi bantuan tidak diperbolehkan masuk karena menyebutnya sebagai "hadiah busuk".

Sikap Maduro itu mendapat reaksi Guaido yang meminta militer untuk tidak mematuhi perintah "konyol". "Saat ini, kami bisa menyelamatkan kehidupan di Venezuela,' katanya.

Baca juga: AS Tawarkan Cabut Sanksi bagi Militer yang Membelot dari Maduro

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com