Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata-kata Terakhir Terpidana Mati Populer di AS Sebelum Dieksekusi...

Kompas.com - 11/02/2019, 10:28 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Eksekusi mati merupakan hukuman yang tercatat dalam sejarah telah ada di sejumlah peradaban kuno. Hukuman ini diberikan kepada seseorang yang dianggap melawan raja atau penguasa, hingga sebagai bentuk pemidanaan kepada seorang kriminal.

Metode eksekusi mati mengalami perkembangan dari bentuk paling awal yang dikenal manusia. Saat ini, jenis hukuman mati itu dapat dilakukan dengan cara "baru" seperti suntikan, setrum, tembak mati, atau gas beracun.

Karena dianggap tak berperikemanusiaan, kritik terhadap eksekuti mati pun muncul. Ini membuat sejumlah negara, terutama di Eropa, melakukan moratorium dan menghentikan praktik eksekusi mati.

Meski begitu, sejumlah eksekusi mati yang dilakukan terhadap sejumlah kriminal besar masih terekam dalam sejarah, terutama di Amerika Serikat.

Tidak hanya karena kejahatan kejam yang mereka lakukan hingga eksekusinya menjadi sorotan, tapi juga kata-kata terakhirnya.

1. George Appel

Pada 1928, terdakwa pembunuhan bernama George Appel diputus pengadilan menjalani eksekusi mati di kursi listrik. Eksekusi itu dilakukan di New York, Amerika Serikat.

Dia divonis hukuman mati karena telah membunuh polisi Kota New York. Sebelum dieksekusi, dia memberikan pesan terakhirnya kepada petugas:

"Nah, tuan-tuan, Anda akan melihat Appel yang dipanggang".

Setelah itu, dia juga mengucapkan pesan terakhir lain, yakni:

"Semua wanita suka Appel yang dipanggang," dan dilanjutkan... "Sialan, tidak ada pemadaman listrik."

Baca juga: Mereka yang Membela Diri Justru Berujung Eksekusi Mati...

2. Ted Bundy

Ted BundyNew York Post Ted Bundy
Pada malam sebelum Ted Bundy dieksekusi, ia menghabiskan waktunya menangis dan berdoa. Pada pukul 07.00 pagi, 24 Januari 1989, Bundy diikat ke kursi listrik di penjara Negara Bagian Starke di Florida.

Sebelum eksekusi, Ted berbicara dengan pengacaranya, Jim Coleman. Dia juga berbincang dengan Fred Lawrence, seorang pendeta yang menghabiskan malam itu dalam doa bersama Bundy.

Kemudian, Inspektur Tom Barton bertanya kepada Bundy apakah dia punya kata-kata terakhir. Pembunuh berantai ini menjawab:

"Jim dan Fred, aku ingin kamu memberikan cintaku kepada keluarga dan teman-temanku."

Sebelumnya, pria bernama lengkap Theodore Robert Bundy ini membunuh 30 perempuan, berdasarkan pengakuannya, selama 1974 hingga 1979 di Washington, Utah, Colorado, dan Florida.

Namun, total korbannya diperkirakan di atas 100 orang, yang diduga semuanya perempuan.

Baca juga: Vokalis Metallica Bermain dalam Film Pembunuh Berantai Ted Bundy

3. John Wayne Gacy

John Wayne GacyThoughtco John Wayne Gacy
Terdakwa pemerkosa berantai dan pembunuh John Wayne Gacy dieksekusi di Stateville Penitentiary di Illinois, AS dengan suntikan mematikan tepat tengah malam pada 10 Mei 1994.

Ketika ditanya apakah dia memiliki kata-kata terakhir, Gacy mengucapkan:

"Cium pantatku."

John Wayne Gacy dihukum karena pemerkosaan dan pembunuhan 33 orang antara 1972 hingga tahun penangkapannya pada 1978.

Dia dikenal sebagai badut pembunuh, karena setiap melakukan aksinya dia menggunakan setelan badut dan penuh riasan di wajahnya.

4. Gary Gilmore

Gary GilmoreThe Independent Gary Gilmore

Pada 17 Januari 1977, terpidana bernama Gary Gilmore menjalani hukuman mati. Sebelum hukuman itu terealisasi, dia berkata kepada regu penembak:

"Ayo lakukan!"

Kemudian, setelah tudung hitam ditempatkan di atas kepalanya dia mengatakan

"Tuhan bersamamu."

Gary Mark Gilmore dihukum karena telah membunuh seorang manajer motel di Provo, Utah. Dia juga didakwa dengan pembunuhan seorang pegawai pompa bensin sehari sebelum pembunuhan motel.

Gilmore merupakan orang pertama yang dieksekusi secara legal di Amerika Serikat sejak 1967. Dia menyumbangkan organnya dan tak lama setelah dia dieksekusi, dua orang menerima kornea matanya.

5. Jimmy Glass

Pada 12 Juni 1987, seorang terdakwa pembunuhan bernama Jimny Glass menjalani hukuman mati dengan disetrum listrik. Dia mendapatkan hukuman itu karena melakukan perampokan dan pembunuhan sepasang warga Louisiana saat malam Natal.

Sebelum algojo mengeksekusinya, dia sempat mengatakan:

"Aku lebih suka memancing."

Jimmy Glass terkenal bukan saja karena pembunuhan itu, tetapi karena membuat petisi ke Mahkamah Agung pada 1985 yang mengkritik hukuman mati dengan cara setrum.

Dia mengatakan bahwa eksekusi dengan listrik melanggar Amandemen Kedelapan dan Keempat Belas terhadap Konstitusi AS, dan bentuk hukuman kejam.

Namun, Mahkamah Agung menolak petisi itu.

6. Barbara Graham

Barbara diketahui merupakan pelacur, pecandu narkoba, dan pembunuh yang dieksekusi di kamar gas di San Quentin pada tahun 1955.

Dia tercatat memukuli seorang perempuan tua hingga mati saat melakukan perampokan.

Terpidana yang juga dikenal dengan sebutan "Bloody Babs" ini mengucapkan kata terakhir sebelum mengembuskan napas terakhir di San Quentin:

"Orang baik selalu yakin bahwa mereka benar."

Setelah kematian itu, kisah hidupnya dijadi film berjudul, "I Want to Live!" dan dibintangi oleh Susan Hayward, yang kemudian memenangkan Academy Award karena berperan sebagai Graham dalam film tersebut.

7. Aileen Wuornos

Aileen Wuornos lahir di Michigan dan ditinggalkan oleh orang tuanya di usia muda. Saat remaja, dia diketahui menjadi pelacur dan merampok orang untuk menghidupi diri.

Pada 1989 dan 1990, Wuornos menembak, membunuh, dan merampok setidaknya enam orang. Setelah sidik jarinya ditemukan pada bukti yang ditemukan oleh polisi, ia ditangkap dan diadili pada Januari 1991. 

Hingga kemudian, dia menerima enam vonis hukuman mati.

Dia juga memecat pengacaranya, membatalkan semua permohonan ke pengadilan, dan meminta agar eksekusi itu dilakukan sesegera mungkin.

Aileen Wuornos menyampaikan pesan panjang sebelum disuntik mati pada Oktober 2002 di Florida:

"Aku hanya ingin berlayar dengan sebuah batu, dan aku akan kembali seperti Hari Kemerdekaan bersama Yesus pada 6 Juni. Seperti film, kapal besar dan semua, aku akan kembali."

8. Timothy McVeigh

Timothy McVeighBusinessinsider Timothy McVeigh

Teroris Timothy McVeigh tidak memiliki kata-kata terakhir sebelum dieksekusi dengan suntikan mematikan pada 11 Juni 2001 di Indiana.

McVeigh memang meninggalkan pernyataan tulisan tangan yang mengutip sebuah puisi oleh penyair Inggris William Ernest Henley. Dalam tulisan tangan itu kata-kata terakhirnya adalah:

"Aku adalah penguasa nasibku: aku adalah kapten jiwaku."

Timothy McVeigh dikenal sebagai pengebom di Kota Oklahoma. Dia dihukum karena telah menewaskan 149 orang dewasa dan 19 anak-anak saat meledakkan Alfred P Murrah Federal Building pada 19 April 1995.

McVeigh mengakui kepada penyelidik setelah dia tertangkap. Dia marah kepada pemerintah federal atas cara mereka memperlakukan kelompol separatis kulit putih Randy Weaver di Ruby Ridge, Idaho pada 1992, juga terhadap David Koresh dan Branch Davidians di Waco, Texas, pada 1993.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com