Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Dua Perempuan Arab Menjadi Menteri, Mereka Jadi Buah Bibir

Kompas.com - 08/02/2019, 09:08 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Gulf News

ALGIER, KOMPAS.com - Dua perempuan Arab menjadi buah pembicaraan di kawasan tersebut karena mereka ditunjuk sebagai menteri di negaranya masing-masing.

Mereka adalah Nouria Benghabrit yang diangkat menjadi menteri pendidikan Aljazair dan Raya Al Hassan, perempuan pertama yang menduduki jabatan menteri dalam negeri di Lebanon.

Di Aljazair, nama Nouria Benghabrit sudah amat dikenal karena beberapa pernyataan kontroversialnya.

Baca juga: Perempuan Arab Saudi Tak Harus Pakai Abaya

Salah satunya adalah dukungan terhadap seorang kepala sekolah Aljazair di Perancis yang melarang siswanya berdoa di dalam kelas.

"Berdoa sebaiknya dilakukan di rumah dan bukan di sekolah," ujar Benghabrit mengomentari insiden di Paris itu.

"Para siswa pergi ke lapangan sekolah yang terletak di permukiman untuk berdoa. Kepala sekolah sudah menjalankan tugasnya," ujar Benghabrit.

"Saat siswa pergi ke sekolah, tujuannya untuk belajar. Berdoa dilakukan di rumah, peran sekolah adalah menyediakan proses belajar dan mengajar," tambah Benghabrit.

Komentarnya ini memicu kemarahan sekaligus apresiasi. Para pemuka agama tentu saja terkejut dengan komentar Benghabrit ini.

"Ada garis merah yang seharusnya tidak dilampaui siapa un dan tak seorang pun mendekatinya," ujar para pemuka agama Aljazair.

Kementerian Agama Aljazair menolak berkomentar dan mengatakan kementerian pendidikan tidak pernah melarang siswa berdoa di dalam sekolah.

"Tak ada aturan yang melarang siswa berdoa di sekolah. Sungguh disayangkan iman rakyat Aljazair kini sedang mendapat serangan," kata Menteri Pendidikan Mohammad Isa.

Para netizen juga bereaksi atas komentar Benghabrit dengan mengunggah foto para siswa berdoa di sekolah dan menegaskan berdoa adalah bagian dari kehidupan rakyat Aljazair.

Namun, sebagian netizen memuji komentar Benghabrit dan menilai dia sudah berada di jalur yang tepat untuk mereformasi sistem pendidikan negeri itu.

Sejak ditunjuk menjadi menteri pada 2014, Benghabrit sudah beberapa kali menghadapi isu-isu kontroversial.

Pada 2014, dia memicu perdeata setelah mengusulkan agar guru mengajar dengan bahasa lokal dan secara perlahan menggantikan bahasa Arab sebagai bahasa utama.

Akibat besarnya resistensi, Benghabrit membatalkan rencananya itu.

Pada 2016, sebuah buku cetak untuk murid kelas satu di sekolah menengah menempatkan Israel di peta Palestina.

Hal ini memicu kemarahan karena Aljazair mendukung Palestina tanpa syarat.

Alhasil, kementerian pendidikan menarik buku itu dan mengatakan gambar peta tersebut merupakan kesalahan cetak.

Baca juga: Inilah Dua Perempuan Arab Pertama yang Terbangkan Airbus A380

Setahun kemudian, Benghabrit mengusulkan penghapusan "Dalam nama Allah, yang maha pengasih dan penyayang" dari semua buku pelajara sekolah dan hanya digunakan untuk pelajaran agama.

Keputusan itu dianggap sebagian warga Aljazair sebagai serangan terhadap Islam yang dipeluk mayoritas warga negeri itu.

Pada September 2018, Benghabrit melarang semua guru perempuan mengenakan niqab. Dia beralasan di dalam kelas murid harus bisa melihat wajah dan mengenal gurunya.

Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri bersama Menteri Dalam Negeri Raya Al Hassan. AFP Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri bersama Menteri Dalam Negeri Raya Al Hassan.
Di Lebanon

Sementara itu di Beirut, Lebanon, perempuan Arab pertama ditunjuk menjadi menteri dalam negeri.

Raya Al Hassan, perempuan itu bahkan meminta semua orang terutama keluarga dan teman, tidak mencoba meminta bantuan terkait jabatannya karena dia tidak akan menanggapinya.

Ketegasannya dan ketepatan waktunya tiba di kantor menjadi buah bibir pekan ini.

Baca juga: Patung Liberty Terinspirasi oleh Perempuan Arab

Di siang hari, Raya akan berkeliling kantornya untuk memeriksa para karyawan. Sebuah hal yang amat jarang disaksikan di negeri yang korup itu.

"Tak ada lagi yang berani istirahat merokok di kementerian saat ini, mereka takut Raya Al Hassan akan berpatroli," demikian gurauan yang beredar saat ini.

Dalam upacara serah terima jabatannya, Raya berjanji akan memberantas perundungan keluarga dan kekerasan.

"Saya memulai pekerjaan dengan sebuah rencana aksi yang didasarkan kerpihatinan dan tanggung jawab saya sebagai warga Lebanon," kata dia.

Raya menambahkan, dia tak segan untuk menjatuhkan hukuman dan menuntut tindak kriminal, terutama terkait perundungan keluarga dan kekerasan.

"Saya ingin menyampaikan setiap perempuan yang dilecehkan untuk mengingat bahwa setiap kantor pemerintah di tiap desa memiliki kewajiban untuk melindungi dan saya akan tegas dalam hal ini," Raya menjelaskan.

Isu lain yang menjadi perhatian Raya adalah kegemaran rakyat Lebanon menggunakan senjata api dalam meramaikan sebuah perayaan.

"Saya ingin Anda mendengar baik0baik Saya akan amat tegas terkait isu menembakkan senjata api. Masalah ini membutuhkan kerja sama antar-departemen, khususnya departemen pertahanan, partai politik, dan aparat keamanan," ujarnya.

Baca juga: Sudah Empat Perempuan Arab Saudi Menyetir Mobil Sendiri

Dia menegaskan,agar siapa saja yang memiliki kedekatan dengannya untuk melupakan soal kemudahan dan keistimewaan.

"Jangan memnbuat saya dan diri Anda malu dengan berbagai permintaan terkait kedekatan hubungan yang sudah menjadi tradisi di banyak negara," dia menegaskan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com