Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khaleq dan Rahim, Bayi Berkepala Dua di Yaman yang Menanti Diselamatkan...

Kompas.com - 07/02/2019, 18:43 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber BBC,AFP

SANA'A, KOMPAS.com - Perang di Yaman membuat penduduk kesulitan mendapat kebutuhan pokok, termasuk akses kesehatan.

Kesukaran itu juga dihadapi oleh orangtua dan dokter di negara tersebut dalam menangani bayi kembar siam yang terjebak dalam satu tubuh.

Mereka membutuhkan bantuan segera untuk memperoleh bantuan perawatan di luar negeri.

Baca juga: Pemerintah Jepang Cegah Seorang Jurnalis yang Ingin Liputan ke Yaman

Diwartakan BBC, Rabu (6/2/2019), Abdul Khaleq dan Abdul Rahim berusia dua pekan. Keduanya diyakini tidak akan selamat jika terus berada di Yaman, di tengah perang saudara.

Mereka kini berada di rumah sakit Al-Thawra di Sana'a, yang kini dikuasai oleh kelompok pemberontak, Houthi.

Sementara, bandara di Sana'a diblokade sejak 2015 oleh koalisi Arab Saudi yang mendukung pemerintah Yaman.

Meski terjebak dalam satu tubuh, Abdul Khaleq dan Abdul Rahim memiliki tulang belakang, paru-paru, jantung, dan sistem pencernaan yang terpisah.

Namun, keduanya berbagi dua ginjal, dua kaki, dan dua tangan. Untuk membantu pernapasan, mereka harus berada di inkubator.

Kepala Pediatri RS Al-Thawra, Dr Faisal Al-Babili, mengatakan tim medis tidak dapat melakukan tes diagnostik dasar, apalagi untuk mengoperasi pemisahan mereka.

"Mereka harus keluar segera. Mereka tidak bisa selamat di Yaman karena kondisi sosial, politik, dan ekonomi di negara ini," ucapnya.

Babili berharap PBB atau organisasi kemanusiaan internasional mampu mengevakuasi si kembar dengan pesawat.

Tawaran Saudi

Laporan AFP menyebutkan, tim medis Arab Saudi menawarkan bantuan untuk menangani bayi kembar siam itu.

Pada Rabu malam, kepala lembaga King Salman Aid and Relief Centre, Abdullah Al-Rabeeah, menyatakan siap menerjukan sebuah tim yang akan merawat Abdul Khaleq dan Abdul Rahim.

Baca juga: Kembar Siam dari Bhutan Akan Jalani Operasi Pemisahan di Melbourne

Dia mengarakan, rencana sedang dibuat untuk membawa keduanya dari Sana'a ke kerajaan Saudi secepat mungkin.

Rabeeah mengaku, timnya akan mempelajari kemungkinan untuk memisahkan keduanya.

Seperti diketahui, konflik di Yaman sejak 2015 telah menewaskan 10.000 orang dan 60.000 orang lainnya terluka. Kebanyakan korban merupakan penduduk sipil.

Kelompok HAM menilai, korban perang di Yaman kemungkinan lima kali lipat dari jumlah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com